AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Tren pengembangan drone kelas MALE (medium-altitude long-endurance) kini tak lagi hanya bermesin tunggal yang biasanya mengadopsi model pusher. Contohnya MQ-9 dari Amerika Serikat, CH-4 dari China, Anka dari Turki, Falco Xplorer dari Italia, dan Elang Hitam dari Indonesia.
Pengembangan drone MALE bermesin turboprop atau bermesin piston ganda pun kini mulai ramai dikembangkan. Di antaranya DRDO Rustom-2 dari India, Antonov MALE dari Ukraina, Baykar Makina Akinci dan TAI Aksungur asal Turki, serta Airbus EuroMALE dari Uni Eropa.
Tujuan dari pengembangan drone bermesin ganda adalah untuk meningkatkan kinerja pesawat, mulai dari kecepatan terbang, ketinggian maksimum, hingga durasi terbang. Pastinya juga muatan misi pengintaian yang lebih berat dan persenjataan yang banyak untuk versi serangnya.
China sebagai negara penghasil drone terbesar dunia juga tak ketinggalan. Produk drone intai serang bermesin ganda yang dikabarkan telah siap operasional untuk militer adalah TB001 (kini TW328) Twin Tailed Scorpion.
Drone yang dikembangkan oleh perusahaan Tengden Technology ini telah menjalani penerbangan perdana tanggal 26 September 2017 dan uji senjata pada 2018 silam.
TW328 berbadan panjang 10,5 m dan rentang sayap 20 meter. Drone ini ditenagai sepasang mesin piston. Kecepatannya mencapai 280 km/jam. TW328 memiliki MTOW (maximum take-off weight) 2,8 ton dan muatan 780 kg.
TW328 beroperasi mengandalakan komunikasi satelit dan membawa sensor penargetan elektro-optik (EO) di bawah badannya. Wahana ini mampu mengawasi lawan dari ketinggian maksimum 8.000 m dengan jangkauan hingga 7.500 km.
Selain berperan sebagi drone mata-mata (intai), TW328 juga dapat mengusung beragam senjata. Di bawah sayapnya tersedia dua cantelan senjata masing-masing untuk membawa muatan hingga 100 kg.
Sukses dengan pengembangan TW328 membuat Tengden Technology semakin percaya diri. Selanjutnya perusahaan yang berbasis di Chengdu ini mengembangkan drone MALE bermesin tiga.
Drone dibangun menggunakan basis TW328 yang ditambahkan mesin piston ketiga di bagian buritan (model pusher) yang tersembunyi di antara dua tiang (twin boom).
Meski bermesin tiga biaya operasional drone diklaim Tengden Technology berbiaya operasinal rendah (irit BBM) karena menggunakan mesin piston bukan turboprop.
Dilansir Army Recognition, drone yang belum diketahui namanya ini memiliki MTOW sekitar 3,2 ton. Pesawat mampu terbang hingga ketinggian 9.500 m dengan kecepatan terbang 300 km/jam dengan daya tahan terbangnya mencapai 35 jam.
Drone tiga mesin ini telah sukses menjalani penerbangan perdananya pada 16 Januari 2020. Dikabarkan pesawat telah siap dipasarkan untuk militer atau sipil dalam negeri maupun mancanegara ditahun depan, 2021.
Rangga Baswara Sawiyya
editor: ron raider