AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Airbus terus melaju dengan berbagai inovasinya. Yang terbaru, pabrik pesawat konsorsium Eropa ini berhasil menerbangkan pesawat jet komersial A350-1000 secara otonomus tanpa kendali oleh pilot.
A350-1000 merupakan pesawat terbaru dan berukuran paling besar dari keluarga A350 XWB.
Uji penerbangan telah dilakukan pada 18 Desember 2019 lalu, namun Airbus baru merilis beritanya pada 16 Januari 2020.
Disebutkan, penerbangan dilaksanakan pada pukul 10.15 pagi di Bandara Blagnac Toulouse tempat di mana pabrik Airbus berada.
Dua orang pilot memonitor penerbangan otonomus A350-1000. Mereka duduk di dalam kokpit namun hanya bertugas mengambil alih penerbangan dari sistem komputer apabila dibutuhkan.
Bukan hanya sekali, uji lepas landas (take-off) secara otonomus dilakukan sebanyak delapan kali dengan waktu penerbangan selama satu setengah jam.
“Kami menggerakkan tuas gas ke posisi untuk siap lepas landas dan kami memonitor pesawat. Pesawat lalu bergerak dan meluncur di garis tengah landasan dengan kecepatan yang terus bertambah secara otomatis sebagaimana parameter yang telah dimasukkan ke dalam sistem. Hidung pesawat kemudian mendongak dan dalam beberapa detik kemudian pesawat sudah mengudara,” jelas Pilot Uji Airbus Captain Yann Beaufils.
Airbus mengatakan, sistem yang digunakan untuk penerbangan otonomus A350-1000 adalah teknologi pengenalan gambar (image recognition) yang telah diinstalasikan di pesawat.
Uji pendaratan otonomus pertengahan 2020
Langkah berikutnya, tambah Airbus, adalah menguji pendaratan A350-1000 secara otonomus dan uji pergerakan dari landasan menuju apron secara otomatis (taxiing).
Pengujian akan dilaksanakan pada pertengahan tahun ini.
Secara keseluruhan, program uji penerbangan otonomus yang sedang dilaksanakan oleh Airbus ini diberi nama proyek ATTOL (Autonomous Taxi, Take-Off & Landing).
Ini adalah tahapan pertama dari proyek kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang dilakukan Airbus untuk pesawat penerbangan komersial.
54% penumpang tidak berharap terbang dengan pesawat tanpa pilot
Walau teknologi AI masih jadi perdebatan untuk diterapkan sepenuhnya pada pesawat komersial, studi yang disponsori bank UBS dari Swiss menunjukkan bahwa pilot hanya mengendalikan pesawat rata-rata 7 menit dalam setiap penerbangannya, yaitu pada saat lepas landas dan mendarat.
Sehingga, dalam lima tahun ke depan diramalkan hanya dibutuhkan satu pilot saja untuk mengendalikan proses tahapan kritis dalam penerbangan itu.
Penggunaan pesawat tanpa pilot, seperti diberitakan The Guardian, dapat menghemat banyak keuangan perusahaan penerbangan. Yaitu mencapai 35 miliar dolar AS setahun terkait gaji pilot, pelatihan, asuransi dan lainnya.
Namun perlu diingat juga bahwa survei tahun 2017 menunjukkan 54% dari 8.000 penumpang pesawat yang disurvei menyatakan tidak berharap terbang dengan pesawat yang tak berpilot.
Prosentase itu tidak mutlak dan kemungkinan akan berubah seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi yang menunjukkan tingkat keselamatannya.
Roni Sontani
Tanggapan saya yaitu semakin berkembangnya waktu semakin pula dalam dunia penerbangan berkembang juga ,karena semakin majunya zaman dimana teknologi juga berkembang,dengan adanya teknologi ini memungkin kan akan mengurangi kecelakaan peenerbangan atau kesalahan manusia/Human Factor.
Tanggapan saya informasi tersebut sangat lah membatu untuk menambah ilmu pengetahuan. Seiring kemajuan teknologi pesawat terbang dengan menerapkan auto pilot sangat lah bagus, di karnakan untuk mengurangi kesalahan manusia (human erro), tetapi ada baiknya juga jika auto pilot selalu di pantu oleh pilot agar tidak terjadi kesalahan pada komputer/ auto pilot.