ANGKASAREVIEW.COM – Dinas Penelitian TNI Angkatan Darat (Dislitbangad) menyiapkan rancang bangun Kendaraan Darat Air Multiguna (KDAM) guna menunjang salah satu tugas Tentara Nasional Indonesia (TNI) yaitu Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
Satu unit prototipe KDAM telah selesai menjalani uji coba pada akhir tahun lalu di Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat dengan hasil memuaskan. Proses uji coba dihadiri langsung oleh Kepala Dislitbangad (Kadislitbangad) Brigjen TNI D. Doetoyo, S.E.
Pengerjaan KDAM dilaksanakan di Laboratorium Dislitbangad, Batujajar, Kabupaten Bandung selama kurang lebih tujuh bulan pada Juni-Desember 2017. Selama kurun waktu tersebut, dapat dikatakan para personel Laboratorium Dislitbangad yang terlibat dalam pengerjaan kendaraan amfibi ini bekerja 24 jam sehari.
“Tantangannya banyak. Mulai dari perencanaan, perancangan, proses membangun, dan juga memodifikasi kendaraan basis truk Hino sehingga menjadi kendaraan darat air multiguna ini,” ujar Kolonel Cpl. Simon P. Kamlasi, 12 Januari lalu di kantornya.
Proses-proses tersebut dalam pengerjaannya tidak dikerjakan sendiri oleh Dislitbangad, melainkan turut melibatkan pihak luar seperti dari Universitas Indonesia. “Termasuk kami juga banyak dibantu oleh Mayor Heri dari Koharmatau untuk proses modifikasi kendaraan ini. Jadi dapat dikatakan ada sinergitas antara TNI AD dan TNI AU,” jelas Kamlasi sambil menengok Mayor Heri yang ada di sampingnya.
Simon menambahkan, ide pembuatan KDAM terinspirasi oleh masih kurangnya kendaraan darat air di lingkungan TNI AD/TNI yang dapat digunakan secara multiguna. “Kendaraan ini dapat digunakan sebagai kendaraan evakuasi, kendaraan angkut penumpang, jembatan penyeberangan, panggung apung, dan lainnya,” ujarnya.
Untuk jembatan penyeberangan (ponton), lanjut Simon, KDAM tinggal dijejer beberapa unit baik di sungai maupun di medan air lainnya. Agar posisinya stabil, maka KDAM bisa dilengkapi jangkar layaknya kapal laut. “Jadi, memang sangat-sangat berguna kendaraan ini. Multifungsi,” jabarnya lagi.
Sementara untuk moda transportasi, ruang kabin KDAM terbilang luas dapat memuat banyak penumpang. “Sasis kendaraan ini adalah truk Hino. Kebetulan ada beberapa truk di sini yang sudah tidak digunakan lagi,” tambah lulusan Akmil 1996 ini.
Daya apung 22 ton
Agar KDAM bisa melakukan mobilisasi di air, modifikiasi yang dilakukan terhadap truk ini adalah dengan menambahkan busa apung di bagian bawah bodi dan di bagian atas dinding samping. Pada saat mengarung, hanya busa apung bagian bawah bodi saja yang dikeluarkan. Sementara saat posisi statis di air, kedua busa apung digunakan dan dinding samping kabin pun dibentangkan.
Panjang sasis truk Hino yang 9,434 meter ditambah 0,566 sehingga menjadi 10 meter. Sementara lebar jejak 2,46 meter dan tinggi ruang apung minimal satu meter. Dengan perhitungan volume beban 30%, maka kendaraan ini memiliki kapasitas ruang apung 12 m3 yang mampu mengangkut beban sampai 12 ton pada saat mengarung air.
Sedangkan pada saat kondisi diam (statis), daya apung meningkat karena ada penambahan permukaan ke arah samping dan belakang. Yaitu dari bentangan dinding kiri-kanan dan dinding belakang. Selain itu ada tambahan daya apung dari pelampung yang dipasang di ujung sayap kiri dan kanan serta dinding belakang. Sehingga, total daya apung posisi statis menjadi 22,15 ton.
Untuk sumber tenaga dan penyalur penggerak, Laboratorium Dislitbangad memilih mesin seri J08 produksi Hino. Mesin ini memiliki kapasitas di atas 7.500 cc Turbo dan power mesin di atas 210 hp pada putaran 2.500 rpm. Sementara torsi mesin di atas 600 kgN pada putaran 1.500 rpm.
Untuk kecepatan mengarung, torsi mesin yang cukup memadai memungkinkan penggunaan dua set baling-baling di kiri dan kanan buritan kendaraan. Alhasil, KDAM pun dapat melaju pada kisaran 6-8 knot.
Simon menggarisbawahi, ke depan kendaraan amfibi multiguna ini bisa diperuntukkan sebagai angkutan antarpulau kecil yang berdekatan, daerah yang dipisahkan oleh sungai besar seperti di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Juga sebagai ponton/jembatan penyeberangan dan kegunaan lainnya.
“Idenya cukup sederhana saja, terinspirasi untuk membuat kendaraan darat air multiguna yang dapat digunakan baik oleh TNI AD/TNI guna mendukung tugas OMSP. Kendaraan ini juga bisa digunakan oleh instansi lain secara lebih luas lagi,” kata Simon.
Apakah kendaraan ini kemudian akan diproduksi massal? “Itu kami kembalikan kepada pimpinan. Bagaimana kebijakan dari pimpinan. Kami hanya merancang dan membuat sampai tahap prototipe sekaligus melaksanakan proses pengujiannya. Kalaupun akan diproduksi, tentu nanti bahan-bahannya dipilih dari material baru. Kalau sekarang ini kan kami lebih banyak memanfaatkan apa yang ada,” pungkasnya. RONI SONTANI