AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Serangan drone telah menjadi ancaman tersendiri di berbagai belahan dunia. Drone seringkali menyusup ke area tertentu bahkan mendekati instalasi militer atau objek strategis pada berbagai ketinggian.
Drone berukuran kecil seringkali tak terdeteksi radar karena ketinggian terbangnya yang rendah. Drone diwaspadai karena wahana tak berawak ini bisa membawa senjata atau dipersenjatai. Misalnya granat atau senjata peledak yang dapat dilepaskan dari ketinggian.
Drone modern dilengkapi dengan alat navigasi GPS dan kamera resolusi tinggi. Sehingga, drone dapat terbang menuju sasaran yang dituju secara akurat. Kalau tidak melakukan penyerangan, drone melalui kamera canggihnya melakukan pengamatan dan pengintaian dari jarak ratusan meter.
Demi menghadapi serangan drone, senjata-senjata antidrone pun dibuat dan disiagakan di daratan. Namun terkadang, drone perlu juga dihajar dari udara, kalau perlu oleh pesawat tempur.
Hal ini pula yang mendorong Skadron Uji dan Evaluasi ke-85 milik Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) melakukan uji penembakan terhadap drone berukuran kecil dari udara.
Tidak tanggung-tanggung, pesawat yang dikerahkan adalah jet tempur F-16C. Dengan menggunakan roket, uji penembakan pun dilaksanakan di wilayah latihan Teluk Meksiko.
Uji penembakan drone berukuran kecil menggunakan F-16 dilaksanakan oleh Mayor Jeffrey Entine, Komandan Skadron Uji dan Evaluasi ke-85. Penembakan dilakukan pada ketinggian rendah.
Seperti diberitakan Defence Blog, uji penembakan berlangsung sukses. Drone yang jadi target sasaran pun hancur terkena tembakan roket AGR-20A Advanced Precision Kill Weapon System (APKWS) kaliber 70 mm.
Roni Sontani