AIRSPACE-REVIEW.com – Sejak pertama mengikuti lomba ketangkasan udara internasional tahunan Aviadarts pada 2014, Angkatan Udara Tentara pembebasan Rakyat China (PLAAF) selalu menghadirkan Xian JH-7 Flying Leopard.
Jet tempur bomber (Jianjiji Hongzhaji) yang dijuluki NATO sebagai Flounder ini bahkan sempat menyabet juara ke-2 dalam kelas pesawat pembom taktis pada Aviadarts 2016. Posisi pertama dimenangkan tuan rumah Rusia yang mengandalkan jet tempur/pembom Su-34.
China patut berbangga, karena JH-7 adalah pesawat tempur pertama yang asli rancangan dalam negeri. Tidak seperti pendahulunya yang mengadopsi desain buatan Uni Soviet semacam J-5 (MiG-17), J-6 (MiG-19) dan J-7 (MiG-21).
Ditinjau dari sejarah kelahirannya, pada 1970-an PLAAF mulai memikirkan calon pengganti pesawat pembom Harbin H-5 (salinan Il-28) dan pesawat serang darat Nanchang Q-5 (dikembangkan berdasarkan MiG-19).
Pada awal 1980-an Dinas Penerbangan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLANAF) juga membutuhkan jet serang jarak jauh antikapal laut yang dapat beroperasi dalam segala cuaca.
Akhirnya, di masa pemerintahan Deng Xiaoping diputuskan untuk membangun satu platform jet tempur untuk kedua angkatan sekaligus pada 19 April 1983.
Purwarupa pertama JH-7 berhasil mengudara perdana pada 14 Desember 1988. Kala itu pesawat masih menggunakan sepasang mesin turbofan Rolls-Royce Spey Mk.202 buatan Inggris.
Selang tiga tahun lebih menjalani pengujian, akhirnya JH-7 mulai diproduksi terbatas (12-18 unit) dan diserahkan kepada PLANAF pada 1992 untuk dievaluasi.
Pada versi produksi selanjutnya JH-7 telah menggunakan mesin buatan lokal WS-9 (lisensi Rolls-Royce). Dengan afterburner, mesin WS-9 menghasilkan gaya dorong masing-masing 91,26 kN.
JH-7 dapat melaju dengan kecepatan maksimum 1.800 km/jam dan ketinggian terbang hingga 16.000 m. Radius tempurnya mencapai 1.760 km dan terbang feri mencapai 3.700 km.
Selanjutnya JH-7 kembali disempurnakan menjadi varian JH-7A yang telah menggunakan bahan komposit ringan. Muatan bawaannya bertambah hingga 9.000 kg.
Selain itu varian JH-7A juga mendapatkan sistem misi tempur baru, pilot juga mulai menggunakan HMS (Helmet Mounted Sight). Perangkat baru lainnya yang didapat JH-7A adalah radar pulse-doppler baru JL-10A.
JH-7A dikembangkan menjadi empat varian untuk menjalankan misi yang berbeda. Pertama sebagai jet buru sergap, pesawat dibekali empat misil udara ke udara PL-11 dan dua unit PL-2 serta tiga tangki bahan bakar eksternal.
Selanjutnya sebagai pesawat serang, JH-7A dapat membawa 20 bom masing-masing seberat 225 kg dan dua misil udara ke udara PL-5 serta satu tabung tangki bahan bakar eksternal.
Selanjutnya sebagai jet antikapal permukaan, JH-7A dibekali dua misil antikapal C-802. Jet ini juga membawa misil antipesawat PL-5 sebanyak dua unit dan satu tangki bahan bakar eksternal.
Tesedia juga versi JH-7A untuk peperangan elektronik. Pesawat dibekali sepasang rudal antiradar dan membawa dua tabung jammer. Tersedia juga dua misil antipesawat PL-5 dan satu tangki bahan bakar eksternal.
Kekurangan utama pada JH-7A terletak pada durasi terbang atau jangkauan tempurnya. Selama menjalankan misinya JH-7A harus membawa tangki bahan bakar eksternal. Hal ini menjadikan muatan senjatanya terbatas.
Untuk memecahkan masalah tersebut, Xian selanjutnya memasang perangkat pengisian bahan bakar di udara. Selanjutnya pesawat mendapat desainisasi baru sebagai JH-7B.
Seperti dikutip dari situs Tiananmen’s Tremendous Achievments, JH-7B juga mendapatkan mesin turbofan baru yang lebih bertenaga LM6 dan radar active phased array.
Total sebanyak 270 unit JH-7A/B telah dibangun dalam tiga dasawarsa mulai dari 1988 s/d 2018. Saat ini JH-7A/B baru digunakan untuk militer dalam negeri Cina.
Xian sendiri telah mengembangkan varian ekspor yang dinamai FBC-1 (Fighter/Bomber China-1), namun belum mendapatkan pelanggan.
Pada gelaran Airshow China 2018 di Zhuhai, Xian kembali menampilkan versi ekspor terbaru dinamai JH-7E dengan kemampuan yang telah ditingkatkan (upgraded).
Di kelasnya sebagai jet tempur/pembom ‘Sang Macan Tutul Terbang’ mendapat pesaing berat yang telah mendapat cap battle proven. Mereka adalah Sukhoi Su-34 Fullback buatan Rusia dan Boeing F-15E Strike Eagle dari Amerika Serikat.
Rangga Baswara Sawiyya
editor: ron raider
Sekilas mirip sepecat jaguar