ANGKASAREVIEW.COM – Dalam gelaran LIMA (Langkawi International Maritim And Aerospace) 2019 di Langkawi, Malaysia yang baru berlalu, selain isu utama Angkatan Udara Malaysia (TUDM) mencari jet tempur ringan pengganti Hawk 200, juga meyeruak berita pengadaan heli multiperan pengganti S-61A-4 Nuri.
Dilansir dari bharian.com.my, Perdana Menteri Mahathir Mohamad menyatakan kepada para awak media sedang mencari pengganti armada gaek Nuri yang saat ini sekira 16 unit masih aktif digunakan TUDM.
Dalam acara pembukaan LIMA 2019 (26/3), heli yang telah berusia lebih setengah abad tersebut masih menunjukkan kebolehannya berakrobat di udara. Sepasang Nuri berhasil memukau pengunjung dengan melakukan tarian di udara pada ketinggian rendah.
Tautan lain: Operator Malaysia Lakukan Negosiasi Pembelian 8 Helikopter Rusia
Sobat AR, berkisah mengenai S-61A-4 Nuri, helikopter amfibi buatan Sikorsky dari AS ini mulai memperkuat sayap TUDM sejak akhir 1967. Gelombang pertama datang sebanyak 10 unit dan menyusul 31 lainnya yang datang hingga tahun 1978.
Di TUDM, Nuri digunakan untuk melaksanakan misi pencarian & penyelamatan (SAR) dan angkutan serbaguna. Armada Nuri bersarang di dua tempat, pertama berbasis di Butterworth, Malaysia Barat dan kedua di Kuching, Malaysia Timur.
Tautan lain: Serahkan 356 Helikopter di 2018, Berikut Kumpulan Prestasi Airbus Helicopters
Tahun 2010, TUDM sebenarnya telah mencari calon pengganti Nuri. Kala itu terpilih sebagai penerus adalah EC-725 Cougar buatan Airbus Helicopters. Semula dipesan sebanyak 28 unit, namun dengan keterbatasan anggaran akhirnya hanya dibeli 12 unit saja. Dua unit Cougar pertama datang pada Desember 2012.
Di masa yang sama, tepatnya di pengujung 2009, upaya peningkatan (upgrade) armada Nuri juga telah ditawarkan oleh AIROD, perusahaan lokal yang bergerak dalam jasa MRO (Maintenance, Repair and Overhaul). Namun tawaran ini baru terealisasi pada Oktober 2016.
Bermitra dengan perusahaan MRO Heli-One dari Kanada, sebuah Nuri dijadikan contoh (proof of concept) yang dikerjakan langsung oleh Heli-One. Selanjutnya 15 Nuri lainnya akan ditangani oleh AIROD termasuk 11 milik AD Malaysia (ATM).
Tautan lain: Helikopter Multiguna Subaru UH-X Jepang Jalani Penerbangan Perdana
Pada gelaran LIMA 2017, helikopter Nuri hasil upgrade ditampilkan perdana sekaligus diserahkan kepada TUDM. Kurang lebih dibutuhkan waktu 11 bulan untuk pergantian sistem analog pada kokpit menjadi sistem digital. Termasuk juga pekerjaan penggantian bilah rotor dan perangkat gear box baru.
Perangkat avionik baru yang terpasang dalam kokpit Nuri meliputi empat EFI-890H tampilan penerbangan lanjutan (AFD) dan sebuah UNS-1Lw, yakni sistem manajemen multi misi (MMMS). Selain itu Nuri juga mendapatkan radar pencarian baru RDR-1600 dan sistem Night Vision Goggle (NVG).
Sobat AR, seperti yang disebut di atas, TUDM tengah mencari calon penerus Nuri upgrade. Tawaran datang dari tiga pabrikan helikopter ternama. Airbus Helicopters dari Uni Eropa kembali menawarkan EC-725 (kini H225M Caracal), Sikorsky dari AS mengajukan UH-60 Black Hawk, dan Rusia menjagokan Mi-17.
Malaysia sendiri telah terbiasa mengoperasikan ketiga calon pengganti Nuri tersebut. Seperti diketahui TUDM telah menerbangkan selusin EC-725 dan dua unit S-70 Black Hawk (varian ekspor UH-60). Sementara Jabatan Bomba & Penyelamat Malaysia (JBPM) mengoperasikan heli Mi-17.
Tautan lain: Rusia dan China Bahas Draf Pembangunan Pusat Layanan Perawatan Helikopter di Shenzhen
Santer tersiar kabar Mi-17 adalah yang menjadi incaran terdepan, terutama dengan tawaran harganya yang menarik. Tak heran bila Russian Helicopters bersemangat memboyong sebuah unit Mi-171A2 langsung ke LIMA 2019 sekaligus menawarkan heli ringan Kazan Ansat.
Namun hingga gelaran LIMA 2019 usai, belum diputuskan juga siapa yang terpilih menjadi pengganti armada Nuri. Sementara itu Nuri hasil upgrade masih akan terus dioperasikan oleh TUDM hingga tahun 2025 mendatang.
Rangga Baswara Sawiyya
editor: raider