ANGKASAREVIEW.COM – Menjadi personel pasukan khusus merupakan sebuah keputusan yang tidak main-main. Pasalnya, operasi tempur yang dijalani sangatlah tidak biasa. Lebih lagi, terluka dan mati di medan laga merupakan risiko yang harus dihadapi. Seperti halnya dua operator pasukan elite Inggirs, SAS (Special Air Service), yang terluka akibat bom rakitan saat menjalani operasi klandestin di Yaman.
Seperti kita ketahui, Yaman kini menjadi negara tempat terjadinya perang proksi antara milisi Houthi dan Arab Saudi. Konflik ini turut menyeret sejumlah negara untuk mengintervensi, yaitu Inggris dan Amerika Serikat. Kedua negara ini mengirim sejumlah pasukan khusus dalam misi yang sangat rahasia atau biasa disebut operasi klandestin.
Operasi klandestin menjadi ciri khas pasukan khusus seperti SAS dan Operational Detachment Alpha (ODA) atau biasa dikenal dengan sebutan Baret Hijau Amerika.
Akan tetapi, nasib kurang mujur menimpa dua personel SAS sehingga keduanya harus merasakan getirnya perang dalam misi ini. Mereka terluka terkena ledakan bom rakitan pada 17 Februari lalu saat melakukan operasi gabungan bersama ODA.
Kisah berawal ketika pasukan gabungan terbang menuju Aden dari Djibouti, sebuah negara kecil di Teluk Aden. Mereka diangkut menggunakan heliĀ Chinook milik Uni Emirat Arab (UEA). Di sana mereka diterima oleh seorang komandan dari satuan pasukan UEA.
Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan menggunakan truk terbuka menuju timur Yaman yang masuk dalam wilayah kekuasaan pemberontak Houthi. Di sana terdapat Pelabuhan Hidaydah yang sangat vital. Pelabuhan ini menjadi pintu masuk bagi bantuan kemanusiaan.
Sudah menjadi tradisi, operator SAS berpakaian layaknya orang Arab kebanyakan. Langkah ini dilaksanakan agar kehadiran sejumlah pasukan bersenjata tidak menimbulkan perhatian. Dilansir dari express.co.uk, kelompok SAS dan ODA bertugas untuk membawa dan mengawal suplai alat medis serta makanan bagi penduduk Kota Marib, Yaman.
Tiba-tiba, rombongan kendaraan terhenti ketika sebuah bom meledak tepat di depan iring-iringan mereka. Seketika itu pula, dua personel terluka pada bagian kaki. Keduanya pun segera dievakuasi menggunakan helikopter milik UEA. Helikopter membawa mereka kembali menuju Pangkalan Militer Amerika Serikat di Djibouti.
Serangan bom rakitan memang sulit diduga. Serangan model ini sangat ditakuitĀ para personel pasukan khusus. Selain sulit dideteksi, bom rakitan juga sangat sulit untuk dijinakkan.
Tiga minggu sebelumnya, bom yang sama juga memakan korban lima teknisi dari sejumah negara yaitu Afrika Selatan, Kroasia, Bosnia, dan Kosovo. Mereka tewas di tempat seketika.
RND
editor: raider