ANGKASAREVIEW.COM – Perancis dikenal memiliki pasukan dari beragam bangsa dengan nama Pasukan Legiun Asing (French Foreign Legion/FFL). Pasukan ini dikenal sangat loyal, terlatih, dan semua personelnya rela mati demi kejayaan Perancis. Kesetian para tentara asing ini bahkan sudah berlangsung selama ratusan tahun.
Sebagai contoh, tahun 1863 pasukan Legiun Asing Perancis ditugaskan ke Mexico. Tugas itu ternyata menjadi penugasan yang berdarah-berdarah karena pasukan FFL yang jumlahnya terbatas harus bertempur mati-matian melawan ribuan pasuka Mexico.
Demikian berani dan fanatiknya dalam bertempur, komadan pasukan Mexico sampai menjuluki para personel FFL sebagai iblis.
Sebanyak 62 tentara FFL dan tiga perwira yang dipimpin Kapten Danjou harus bertempur melawan Mexican Army yang terdiri dari 3.000 tentara terorganisir yang dikomandani oleh Kolonel Milan.
Dalam pertempuran untuk mempertahankan Benteng Hacienda Camaron yang kemudian lebih dikenal dengan Battle of Camaron itu, anggota FFL telah menunjukkan jati diri yang sebenarnya.
Membela kehormatan dan loyalitas sebagai anggota FFL, yaitu Honneur et Fidelite, adalah segala-galanya dan bila perlu sampai mengorbankan nyawa.
Oleh karna itu, kendati dikepung ribuan tentara, semua anggota FFL berprinsip bertempur hingga menjadi orang terakhir.
Kapten Danjou sendiri yang merupakan komandan FFL di Mexico tewas tertembak setelah sebelumnya menolak untuk menyerah.
Bagi anggota FFL yang mendapat didikan sangat keras, mereka memang tidak mempunyai kata menyerah selama masih mampu berdiri.
Pertempuran yang tidak seimbang antara pasukan Mesiko dan FFL berlangsung sangat brutal dan sengit. Ketika pertempuran hampir usai, tentara Mexico telah mengalami kerugian sangat besar. Sebanyak 300 tentara tewas dan 300 lainnya luka-luka.
Sebaliknya di pihak FFL, tinggal tersisa lima anggota yang nekad bertempur denganhanya bersenjata bayonet. Akhirnya, hanya dua orang anggota FFL yang selamat dan kemudian tertawan.
Atas kehebatan mereka dalam Battle of Camaron, Kolonel Milan yang salut kepada perjuangan FFL lalu mengizinkan dua anggota FFL itu kembali ke Perancis.
Kolonel Milan sendiri berkomentar tak ada gunanya menawan orang-orang seperti itu karena mereka bukan manusia tapi iblis (These are not men, they are devil). Dapat dibayangkan, ketika bertempur para personel FFL itu seperti orang-orang yang sedang kerasukan setan.
Kisah heroik Battle of Camaron lalu dijadikan momen peringatan bagi FFL, yaitu Cameron Day yang dirayakan setiap tanggal 30 April.
Heroisme Cameron Day bahkan mendapat perhatian khusus dari Raja Napoleon III yang kemudian mendirikan monumen peringatan serta embrio bagi bendera kebanggaan FFL.
Sejak peristiwa heroik Battle of Camaron, anggota FFL tidak lagi dipandang sebelah mata lagi oleh militer Perancis. Mereka kemudian memiliki posisi sejajar dan fasilitas yang sama.
Dari tahun ke tahun organisasi dan ikatan batin FFL bahkan menjadi semakin mantap berkat semangat Cameron Day yang kemudian terus-menerus dipompakan kepada generasi berikutnya.
Hingga saat ini FFL telah menjadi tentara elite Perancis yang terorganisir sangat profesional, well trained, dan memiliki perangkat tempur lengkap standar French Army.
Organisasi FFL terdiri tiga unit berspesikasi khusus. Yaitu kavaleri, infanteri, dan airborne/lintas udara. Tiga unit pasukan FFL ini masih memiliki sejumlah satuan lagi, baik yang bermarkas di dalam Perancis maupun di luar Perancis.
Unit atau satuan FFL yang bermarkas di Perancis, antara lain 1st Foreign Cavalry Regiment (markas: Oranye), 1stForeign Regiment (markas: Aubagne), 4thForeign Regiment (Castlenaudary), 1stForeign Enginer Regiment (Laudun), dan 2nd Foreign Engineer Regiment (St Christol).
Sedangkan satuan FFL yang bermarkas di luar Perancis adalah 2ndForeign Parachute Regiment (Calvi/Corsica), 3rdForeign Infantry Regiment (Guiana), dan 13 th Foreign Legiun Demi-Brigade (Djibouti/Afrika).
Seperti pada masa lalu, keberadaan satuan FFL di luar negeri difungsikan untuk menjaga kepentingan politik dan ekonomi Perancis. Satuan-satuan FFL ini juga siap digerakkan ke kawasan konflik mana pun baik itu untuk misi kemanusiaan atau misi tempur.
Saat ini pasukan FFL bahkan turut bertempur bersama pasukan Arab Saudi di Yaman untuk memerangi pemberontak Houthi. Pasukan FFL memang sudah terbiasa bertempur bersama pasukan AS dan Inggris serta pasukan koalisi lainnya.
A Winardi