ANGKASAREVIEW.COM – Lomba kepemilikan senjata nuklir yang sempat mereda setelah Korea Utara bersedia menghentikan program nuklirnya, langsung buyar ketika Amerika Serikat (AS) pada akhir Oktober 2018 bertekad mengaktifkan lagi produksi senjata nuklirnya.
Para pengamat militer sering menyatakan, jika sampai terjadi perang nuklir, maka sama saja telah terjadi kiamat di dunia ini. Pasalnya, akibat ledakan bom nuklir yang jumlahnya di seluruh dunia mencapai ribuan diyakini tidak ada mahluk hidup yang bisa bertahan.
Salah satu negara yang memiliki senjata nuklir dalam jumlah besar adalah AS. Jumlah hulu ledak nuklir yang dimiliki negara adidaya ini ditaksir lebih dari 4.000 buah. Di AS, penentu terakhir untuk menggunakan senjata nuklir tidak lain adalah Presiden Amerika Serikat sendiri.
Sebelum memutuskan untuk menggunakan bom nuklir, Presiden AS akan berkonsultasi terlebih dahulu dengan Menteri Pertahanan dan Kepala Staf Militer AS.
Pusat komando pengontrol nuklir, bisa dilakukan di darat, laut, dan udara. Khusus pusat komando kontrol nuklir di udara bertempat di pesawat Boeing E-4B AACP (Advanced Airborne Command Post) yang berjumlah empat unit.
Mengingat penentu peluncuran senjata nuklir berada di tangan presiden, maka setiap Presiden AS bepergian salah satu dari empat pesawat E-4B AACP yang dijuluki “Doomsday Plane” ini akan menyertai dan secara fisik bentuknya sama dengan pesawat Boeing 747 Air Force One.
Sebagai pesawat yang juga berfungsi sebagai kamuflase, badan E-4B yang merupakan pesawat jumbojet 747 ini juga berlogo tulisan Air Force One.
Baca: Boeing Disiram Rp 53 Triliun untuk Air Force One Baru
Menjadi pesawat yang berfungsi sebagai komando tempur Presiden AS untuk memutuskan penggunaan senjata nuklir, E-4B 747 tentu saja dibuat secara mewah, spesial, dan sarat teknologi canggih.
Untuk mengoperasikan sistem perang elektronik, awak pesawat yang beada di dalam E-4B 747 berjumlah lebih dari 100 orang. Semua personel berada di pos masing-masing dan selalu siaga untuk melaksanakan instruksi dari Presiden AS.
Jika Presiden AS hadir dalam pesawat “penentu kiamat dunia’’ ini, maka dipastikan bahwa kondisi sedang ada dalam situasi genting.
Untuk kenyamanan Presiden AS dalam menjalankan tugasnya, ruangan di dalam pesawat E-4B sudah dilengkapi kamar tidur, kamar mandi, ruang kerja presiden, ruang rapat, dan lainnya.
Intinya dari pesawat yang merupakan pusat komando peperangan nuklir itu, Presiden AS bisa melakukan apa saja karena sudah tersedia perangkat mutakhir mulai dari yang manual hingga yang serbadigital.
Jika Presiden AS sampai memutuskan untuk meluncurkan ribuan senjata nuklir miliknya, lalu perang nuklir terjadi, maka dapat dipastikan kita semua juga akan terkena imbasnya. Dan, manusia pun punah dari muka bumi ini.
A Winardi