ANGKASAREVIEW.COM – Pabrik pesawat terbesar Eropa, Airbus, telah menjalin hubungan yang sangat panjang dengan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) di Bandung, Jawa Barat. Tahun ini kerja sama kedua perusahaan telah menginjak usia ke-42 tahun sejak kerja sama pembuatan pesawat NC212 dilaksanakan tahun 1976.
Banyak peluang yang dapat dimanfaatkan dari kerja sama yang telah terjalin lama ini. Namun nyatanya, tidak semua hal diberikan oleh Airbus kepada PTDI. Dalam hal penjualan pesawat C295 misalnya (yang di PTDI menggunakan kode CN295), PTDI belum diberikan hak untuk melakukan penjualan pesawat ini secara mandiri kepada negara lain.
Baru-baru ini muncul berita yang bersumber dari pelaksanaan pameran udara Farnborough International Airshow (FIA) 2018 di Hampshire, Inggris (16-22 Juli). Berita itu menyebut bahwa Airbus mempertimbangkan Malaysia sebagai negara yang kemungkinan akan dipilih sebagai tempat perakitan akhir (final assembly line – FAL). Bukan Bandung di Indonesia, melainkan Negeri Sembilan, Malaysia.
Sobat AR, adalah maskapai AirAsia yang berhasil membujuk Airbus untuk mencapai kesepakatan dari rencana pembangunan FAL di Negeri Sembilan. Cukup beralasan, karena maskapai biaya rendah yang berpusat di Kuala Lumpur ini merupakan pengguna terbesar produk pesawat Airbus guna mengisi rute-rute penerbangannya yang makin menggurita.
Bahkan, di FIA 2018 AirAsia juga mengumumkan pemesanan 100 unit pesawat badan lebar terbaru Airbus A330neo senilai 30 miliar dolar AS. Angka yang sangat besar. (The Star Online, 19/7/2018)
“The state government is deeply grateful to Tan Sri Tony Fernandes (AirAsia Group Chief Executive Officer) in sparking Airbus’ interest to consider opening the FAL facility at the proposed aviation hub to be developed in Labu near here,” – Dr. Mohaman Rafie Abd Malek, State Investment, and Human Capital Committee Chairman. (New Straits Times, 25/7/2018).
Selebihnya diberitakan, dalam surat konfirmasi tertanggal 15 Juli 2018, Airbus menjabarkan akan melaksanakan feasibility study terhadap rencana ini dalam kurun 18 bulan. Di situ diterangkan detail mengenai analisis teknik, keuangan, pemasaran, dan prospek jangka panjang dari proyek yang akan dijalankan. Kemudian dilengkapi juga dengan bidang perawatan pesawat, penyetok barang (supplier), pelatihan, pengolahan data, dan potensi kolaborasi industri.
Sobat AR, bila semua rencana tersebut berjalan mulus, maka dipastikan Negeri Sembilan (Malaysia) akan menjadi fasilitas FAL Airbus kelima di dunia setelah Toulouse (Perancis), Hamburg (Jerman), Alabama (Amerika Serikat), dan Tianjin (China).
Roni Sontani