ANGKASAREVIEW.COM – Namanya tak segarang keganasannya, itulah CH-4 drone seri Cai Hong (Pelangi) yang dikembangkan oleh Akademi ke-11 China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC). Drone ini sontak mencuat saat Kementerian Pertahanan Irak merilis video penyerangan ke sarang ISIS menggunakan drone CH-4B pada 13 Oktober 2015.
Sobat Setia AR, aksi berdarah pertama drone CH-4B dilakukakan tiga hari sebelum videonya dirilis, yaitu berupa serangan udara terhadap kelompok ISIS di wilayah Al-Anbar, Irak. Dalam misi tempur ini CH-4B lepas landas dari Pangkalan Udara Kut, 150 km barat daya Bagdad. Operasi penyerangan diamati langsung oleh Menteri Pertahanan Khalid al-Obeidi.
Dalam operasi tersebut CH-4B dilengkapi rudal udara ke darat ringan AR-1 buatan NORINCO yang setara dengan rudal AGM-114 Hellfire racikan Lockheed Martin dari AS. Rudal yang sama juga digunakan untuk menghajar sebuah alutsista artileri dan perkemahan ISIS di wilayah Ramadi pada 6 Desember 2015.
Kemhan Irak sengaja merilis video ini sebagai sebuah langkah propaganda yang ditujukan untuk membangun kembali semangat bertempur tentaranya menghadapi kelompok teror ISIS. Rilis video ini pun sekaligus menjawab rumor pengadaan drone serang untuk Penerbangan AD ini. Namun Kemhan Iraq tidak merinci berapa unit yang telah dibeli.
Secara kasat mata, tampilan luar dan dimensi CH-4B sangat identik dengan drone serang populer General Atomics MQ-1 Predator. Satu-satunya perbedaan visual adalah sirip ventral berbentuk V seperti ekor milik MQ-9 Reaper. PUNA (pesawat udara nirawak) ini masuk dalam katagori Medium Altitude Long Endurance (MALE) yang dikembangkan sejak tahun 2010 dan menjalani terbang pertama pada September 2011.
Mulai berdinas dalam layanan Tentara Pembebasan Rakyat Angkatan Udara (PLAAF) pada tahun 2013, di tahun yang sama CH-4B tampil perdana di hadapan publik pada ajang China Aviation Expo pada bulan September.
CH-4 merupakan sebuah sistem udara tak berawak multi-role yang mampu melakukan peran ISTAR (intelligence, surveillance, target acquisition and reconnaissance), air interdiction (AI) dan misi electronic warfare (EW). Selain itu dapat juga digunakan untuk patroli perbatasan, penegakan hukum, dan tujuan kontraterorisme.
CASC menelurkan dua varian yakni CH-4A sebagai pesawat intai dengan jangkauan antara 3.500 – 5.000 km, berdaya tahan hingga 30 jam. CH-4B berupa wahana pengintaian bersenjata yang mampu melakukan serangan ke darat, dengan muatan penuh senjata bisa beroperasi selama maksimal 14 jam.
Muatan sensornya mencakup kubah elektro-optik yang menggabungkan perangkat forward-looking infrared (FLIR), laser rangefinder, dan laser designator yang memiliki jangkauan maksimum 15 km. CH-4B juga dibekali synthetic aperture radar (SAR) yang bisa mendeteksi sasaran yang diselimuti asap atau awan dengan jangkauan maksimum 30 km.
Kontainer sistem pengendali didarat (GCS) ditempatkan di atas sebuah truk dengan empat awak di dalamnya yang terdiri dari pilot, operator komunikasi, operator senjata dan operator pengintaian elektro-optik. Drone ini bisa bisa terbang dalam radius 250 km dari operatornya via sistem data link anti-jamming dan dengan data link satelit dapat meningkat menjadi 2.000 km.
AK-47 di Udara
CH-4B digadang memiliki kemampuan siluman di mana 80 persen permukaan tubuhnya dibalut bahan sintetis yang menjadikannya lebih sulit bagi radar untuk mendeteksinya. Mesin piston juga relatif tenang, sehingga cukup senyap dalam pelayarannya di udara.
Dapur pacunya menggunakan TD0 serupa dengan mesin puna CH-3 yang dikembangkan oleh Combustion Engine Research Institute of Tianjin University dengan daya kurang dari 150 kwh. Kecepatnya jelajah di kisaran 150-180 km/jam dan terbang pada ketinggian maksimum 8.000 meter. Awak di darat hanya membutuhkan waktu setengah jam untuk menyiapkan misi terbangnya.
Sebagai alat penggebuk, CH-4B dapat mengusung persenjataan seberat 115 kg. Tersedia empat cantelan di bawah sayapnya untuk menggantung rudal berpemandu laser semi aktif AR-1 yang memiliki panjang 1,45 m berdiameter 18 cm seberat 45 kg. Jangkauan efektifnya 2-8 km dan akurasi di bawah 1,5 meter, ampuh digunakan untuk melumat ranpur ringan atau bangunan. C
SPESIFIKASI CH-4B Rainbow
Panjang: 9 m. Rentang sayap: 18 m. MTOW: 1.260 kg. Daya muat: 115 kg. Mesin: TD0, daya 150 kwh. Kecepatan maks: 235 km/jam. Ketinggian maks: 8.000 m. Jangkauan maks: 3.500 km. Durasi: 30 jam. Muatan penuh: 14 jam. Persenjataan: rudal AR-1 dan bom pintar FT-9.
Sobat AR, H-4B bisa meluncurkan rudal AR-1 dari ketinggian 5.000 meter, sehingga drone tetap aman dari jangkauan efektif kanon anti-pesawat ataupun rudal panggul. Selain itu CH-4B bisa membawa FT-9 yakni bom berpandu kombinasi GPS dan sistem navigasi inersia (INS) seberat 50 kg cocok untuk menggasak target tetap seperti bangunan dan jembatan.
Filosofi desain CH-4B serupa dengan senapan serbu AK-47 di mana drone serang buatan Cina ini menawarkan kemudahan operasional dan harga yang lebih terjangkau untuk UAV high-tech dibandingkan buatan AS ataupun Israel. Diperkirakan harga CH-4B hanya 1 juta dolar AS atau seperempat banderol MQ-1 Predator.
China tak hanya menyasar negara berkantong tipis saja, namun juga jeli mengambil ‘kesempatan’ di saat AS enggan menjual drone serangnya ke negara sahabatnya sekalipun (hanya Inggris dan Italia yang mengoperasikan). Selain Irak, dikabarkan pula CH-4B telah dipinang oleh Aljazair dan Arab Saudi dan Indonesia.
TNI sendiri tertarik mengakuisisinya selain karena harga, China juga tak membatasi pemanfaatan drone serang ini. Hal ini seperti diungkap Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto kepada awak media pada Maret 2018 saat peluncuran dan bedah buku mengenai biografinya berjudul Anak Sersan Jadi Panglima.
Sobat setia AR, bukan hanya soal harga dan tak banyak aturan larangan operasional yang membuat “Sang Pelangi’ dilirik banyak pelanggan. Pertimbangan lainnya tentu ada pada cap combat proven atau teruji di medan perang yang telah disandangnya. Fakta ini dengan sendirinya memotong klaim bahwa AS satu-satunya pembuat drone teruji perang yang tersedia di pasaran.
RANGGA BASWARA SAWIYYA