ANGKASAREVIEW.COM – Dari 36 negara pengguna keluarga penempur F-5 Tiger termasuk Amerika Serikat di dalamnya, Iran merupakan negara pengguna terbanyak pesawat buatan Northrop Co. ini. Terdiri dari 104 tipe F-5A dan 23 tipe F-5B Freedom Fighter termasuk 15 versi RF-5A serta 140 unit F-5E dan 28 uniit F-5F Tiger II. Semua jet tempur ini didatangkan semasa Syah Reza Pahlevi berkuasa.
Saat itu Iran menjadi sekutu terdekat AS di kawasan Timur Tengah selain Israel tentunya. Bahkan, kemesraaan ini membuat AS rela melepas penumpur terbaiknya lainnya kala itu untuk digunakan Imperial Iranian Air Force (IIAF). Yakni, 32 F-4D, 177 F-4E , 16 RF-4E Phantom termasuk pula 79 unit penempur strategis F-14 Tomcat di mana Iran adalah satu-satunya sekutu AS yang menggunakannya.
Terjadinya Revolusi Iran yang dipimpin Ayatollah Khomeini, menyebabkan tergulingnya rezim Shah Iran dengan melarikan diri ke Perancis. Pemerintahannya yang tersisa pun jatuh pada Februari 1979. Puncak dari pergolakan ini, terjadinya pendudukan dan penyanderaan staf kedutaan besar AS di Teheran oleh militan pelajar Iran pada November 1979.
Hubungan mesra kedua negara (AS dan Iran) menjadi hancur berantakkan. Perceraian ini menjadi titik balik buat Angkatan Bersenjata Iran yang selama ini bergantung pada Barat. Amerika dan sekutunya segera memutuskan hubungan diplomatik dan bahkan mengembargo Iran.
Sobat setia AR, bagi IIAF yang telah bersalin nama menjadi Islamic Republic of Iranian Air Force (IRIAF), kejadian tersebut menjadi pukulan yang sangat berat. Semua pesawat terbang yang diimpor dari barat praktis (lambat laun secara pasti) mengalami kekurangan suku cadang.
Lebih-lebih setelah setahun terjadinya revolusi, Iran masuk ke dalam kancah peperangan saudara dengan negara tetangganya, Irak. Saat itu Presiden Irak Saddam Hussein yang ‘dikompori’ Barat mencaplok Provinsi Khuzestan yang menjadi bagian wilayah Iran.
Peperangan yang memakan waktu hampir sembilan tahun ini (1980-1988) memaksa jet-jet tempur dan jet serang IRIAF untuk senantiasa siaga dan siap tempur. Untuk itu berbagai upaya dilakukan, termasuk pembelian suku cadang dari pasar gelap sekalipun.
Tahun 1984 Iran membeli persenjataan dan suku cadang dari CIA yang membutuhkan dana untuk mendukung gerilyawan Contra di Nikaragua. Penjualan senjata yang dimakelari Israel mencuat menjadi skandal heboh pada masa itu yang terkenal sebagai Iran-Contra semasa pemerintahan AS dipimpin oleh Presiden Ronald Reagen.
Embargo senjata berkepanjangan yang diterapkan AS dan sekutunya, akhirnya memaksa IRIAF menuju upaya swasembada. Khusus untuk keluarga penempur F-5, awalnya hanya berfokus pada perawatan agar armada F-5 mereka tetap bisa terbang. Langkah selanjutnya mulai dilakukan manufaktur suku cadang secara terbatas di dalam negeri.
Beruntung bagi Iran, semasa hubungan mesra dengan AS, Northrop sempat membangun fasilitas perbaikan, pemeliharaan, dan pembuatan beberapa suku cadang F-5 serta pelatihan teknisi lokal Iran di tahun 1970 yang berlokasi di Bandara Mehrabad. Meski pada akhirnya para pekerja Northrop hengkang akibat terjadinya Revolusi Iran 1978, namun ini pula yang membuka jalan bagi Iran untuk mengembangkan F-5 nya sendiri di kemudian hari.
Komponen yang sulit dibuat di dalam negeri tetap harus didatangkan dari luar. Untuk itu mereka mendirikan perusahaan fiktif di beberapa negara Barat. Modus ini ada yang terdeteksi. Salah satunya yang terjadi pada Februari 1993 ketika Bea Cukai Inggris menyita 7.500 bilah untuk mesin General Electric J-85-21B dari perusahaan DBI Ltd dengan perkiraan nilai sebesar 1 juta dolar AS.
Lalu pada Juli 2003 instansi Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai AS mencurigai dan menyelidiki 18 perusahaan berlokasi di AS yang mengekspor komponen pesawat dan rudal ke Multicore Ltd, yakni perusahaan terdepan Iran di London untuk pengadaan sistem senjata rahasia.
Sobat setia AR, usaha lain yang cukup radikal pun dilakukan Iran yakni tindakkan reverse engineering terhadap suku cadang F-5 yang dilakukan oleh industri pesawat dalam negeri Iran Aircraft Manufacturing Industries atau lebih dikenal dengan HESA. Perusahaan berbasis di Mehrabad dan Isfahan ini memiliki fasilitas pemeliharaan dan perbaikan.
Diklaim pada 1995 HESA telah memiliki kemampuan memproduksi 55% dari bagian-bagian mesin dan pesawat tempur F-5. Lambat laun secara pasti HESA mampu melakukan perbaikan airframe rusak bahkan untuk memproduksi pesawat baru seutuhnya.
Di awal tahun 90-an IRIAF memerlukan pesawat latih lanjut baru menggantikan Lockheed T-33A untuk mencetak calon penerbang tempur baru. Dengan banyaknya pesawat F-5A Freedom Fighter yang dimilikinya, juga tersedianya fasilitas pembangunan beserta SDM maka diputuskan pesawat latih baru akan dikembangkan dari pesawat F-5A ini.
HESA dipercaya untuk menjalankan proyek yang diberi nama Simorgh ini tahun 1993 demi mengonversi F-5A menjadi tipe tempat duduk ganda. Instrumen kokpit diambil secara kanibal dari pesawat F-5 lain yang masih layak. Setidaknya, tahun 2002 sudah tujuh pesawat latih Simorgh tersedia, diperkirakan saat ini total 20 unit telah lengkap megisi satu skadron.
RANGGA BASWARA SAWIYYA