AIRSPACE REVIEW – Korea Selatan mengembangkan drone kamikaze jarak menengah buatan dalam negeri untuk untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor asing.
Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) dan Badan Pengembangan Pertahanan (ADD) menyatakan, proyek drone kamikaze ini akan berlangsung hingga September 2026 dengan anggaran 500 miliar won (340 juta dolar AS).
Proyek ini untuk membangun sistem tempur yang terintegrasi sepenuhnya, meliputi pesawat nirawak, sistem tautan data, integrasi hulu ledak, kendaraan peluncur, stasiun kendali darat, dan arsitektur komunikasi.
Selain itu juga mencakup laboratorium integrasi perangkat lunak (SIL) tingkat sistem untuk sertifikasi.
Sistem yang sedang dikembangkan ini memiliki peran yang sebanding dengan amunisi berkeliaran Warmate buatan Polandia.
Sebelumnya, Korea Selatan telah mengakuisisi 240 unit Warmate untuk Angkatan Bersenjata Republik Korea Selatan.
Drone versi Korea Selatan diharapkan dapat mengintegrasikan kemampuan canggih seperti pengenalan target otomatis (ATR), komunikasi satelit melalui tautan data orbit Bumi rendah (LEO), dan penggunaan serangkaian hulu ledak modular.
Drone kamikaze ini ditargetkan mampu beroperasi di luar garis pandang, diaktifkan oleh komunikasi satelit, dan membawa hulu ledak komposit seberat lebih dari 20 kg.
Drone memiliki berat lepas landas maksimum (MTOW) 150 kg, panjang 2 m, dan lebar sayap 2 m.
Drone dilengkapi dengan mesin hibrida yang menghasilkan kecepatan terbang sekitar 200 km/jam.
Daya tahan terbang drone kamikaze ini ditargetkan melebihi 10 jam atau jangkauan maksimum lebih dari 1.000 km, serta ketinggian terbang maksimum 5.000 m. (RBS)