AIRSPACE REVIEW – Tarif Presiden AS Donald Trump atas barang-barang asing dapat mengganggu rantai pasokan global Departemen Pertahanan AS, meningkatkan biaya, dan menunda produksi senjata utama AS termasuk jet tempur F-35.
Para diplomat, anggota parlemen dan analis pertahanan memperingatkan bahwa tarif semacam itu dapat mendorong sekutu untuk mengeksplorasi kemitraan alternatif, sehingga melemahkan pengaruh AS di pasar pertahanan global.
Program F-35, misalnya, yang melibatkan 20 negara dapat terganggu rantai pasokannya dan berdampak tidak hanya pada Amerika Serikat tetapi juga mitranya di Eropa dan Indo-Pasifik.
Kolaborasi pertahanan rudal dengan Norwegia dan Israel juga dapat terpengaruh. Hal ini meningkatkan kekhawatiran tentang kemampuan sekutu AS untuk mengimbangi kemajuan militer Cina dan Rusia, tulis Politico.
Sementara pemerintahan Trump bermaksud meningkatkan lapangan kerja dalam negeri dengan memindahkan komponen asing ke pabrik-pabrik AS, para ahli mencatat bahwa industri pertahanan sudah menghadapi kekurangan tenaga kerja.
Banyak perusahaan kesulitan merekrut pekerja karena persaingan dari industri lain yang menawarkan upah lebih tinggi dan pekerjaan lebih stabil.
Selain itu, beberapa komponen senjata buatan AS melintasi beberapa perbatasan selama perakitan, sehingga menimbulkan tarif pada setiap langkah yang selanjutnya meningkatkan biaya.
Senator Mark Kelly menekankan tekanan finansial yang dapat terjadi pada Pentagon.
“Harga akan naik, dan harga yang harus dibayar Departemen Pertahanan akan naik. Anggaran pertahanan kita, jika kita ingin mempertahankan jenis pasukan yang sama, akan menjadi lebih mahal,” ujarnya.
Para analis berpendapat, hal itu dapat dihindari bila Pemerintah AS memberikan pengecualian untuk produk terkait pertahanan.
Ditambahkan bahwa Tarif Trump dapat merusak investasi Pentagon selama bertahun-tahun dalam rantai pasokan global, yang pada ujungnya berpotensi memengaruhi keamanan nasional dan ekspor pertahanan AS. (RNS)