AIRSPACE REVIEW – Italia dilaporkan telah memilih Kawasaki P-1 dari Jepang untuk pesawat patroli maritim (MPA) baru. Pesawat ini dirancang khusus untuk misi pengawasan jarak jauh dan peran antikapal selam (ASW).
Keputusan tersebut mencerminkan upaya Italia untuk memulihkan kemampuan khusus ASW setelah pensiunnya pesawat Breguet BR 1150 Atlantic pada tahun 2017.
Pesawat baru P-1 akan dilengkapi dengan komponen buatan Italia, termasuk sistem misi Leonardo ATOS, torpedo berat MU90, dan rudal Marte ER B2+, yang menawarkan kemampuan antikapal selam (ASW) dan antikapal permukaan (ASuW).
Armada MPA Italia saat ini terdiri dari empat Leonardo P-72A, yang diperkenalkan antara tahun 2016 dan 2017 sebagai pengganti sementara untuk Breguet BR 1150.
Namun, Leonardo P-72A tidak memiliki persenjataan dan jangkauan operasional yang diperlukan untuk peperangan antikapal selam.
Sebelum memilih Kawasaki P-1, Italia telah mengevaluasi beberapa kandidat, termasuk Boeing P-8A Poseidon dan Leonardo C27J dalam konfigurasi ASW.
P-1 dirancang dan tidak menggunakan platform pesawat penumpang atau pesawat angkut militer seperti pada umumnya pesawat MPA.
Pesawat memiliki panjang 38 m, lebar sayap 35,4 m dan tinggi 12,1 m. P-1 diawaki oleh 13 personel, terdiri dari dua pilot dan sebelas operator misi.
Pesawat dengan berat lepas landas maksimum 79.7 kg ini ditenagai oleh empat mesin turbofan IHI F7-10 high-bypass, masing-masing menghasilkan daya dorong 60 kN.
Kawasaki P-1 dapat mencapai kecepatan maksimum 996 km per jam, terbang hingga ketinggian 13.520 m, dan jangkauan operasionalnya hingga 8.000 km..
Dalam hal persenjataan, P-1 dapat membawa lebih dari 9.000 kg amunisi secara internal dan eksternal, termasuk torpedo, bom kedalaman, ranjau laut, dan berbagai rudal antikapal.
Pesawat dilengkapi dengan sistem kendali optik fly-by, pertama di industri, yang mengurangi interferensi elektromagnetik.
Radar utama Kawasaki P-1 adalah sistem AESA X-band Toshiba HPS-106. Radar ini dilengkapi dengan empat antena untuk cakupan 360 derajat terus-menerus dan mendukung berbagai mode, termasuk pencitraan SAR dan ISAR.
Lalu sebuah menara elektro-optik Fujitsu HAQ-2 yang dapat ditarik di bawah hidung pesawat menggabungkan FLIR dan sensor pencitraan tampak/inframerah untuk operasi siang/malam.
Pesawat membawa detektor anomali magnetik (MAD) yang dikembangkan CAE, terintegrasi oleh Mitsubishi Electric, yang mampu mendeteksi tanda-tanda kapal selam di ketinggian rendah.
Kawasaki P-1 juga dibekali sistem manajemen tempur, yang dikenal sebagai Advanced Combat Direction System (HYQ-3), menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk membantu Tactical Coordinator (TACCO) dalam mengoptimalkan profil penerbangan dan pertempuran. (RBS)
Idealnya NATO harus memiliki 12 Unit Kawasaki P-1 dan 12 Unit Bombardier/Dassault Falcon ASW