Trump: Jet tempur F-47 bisa diekspor ke sekutu, tapi kemampuannya diturunkan 10%

F-47 NGADIstimewa

AIRSPACE REVIEW – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan, jet tempur generasi keenam AS yang akan dikembangkan Boeing untuk Angkatan Udara AS (USAF) yakni F-47 dapat diekspor ke negara-negara sekutu, namun kapabilitasnya lebih rendah atau diturunkan 10% dibanding versi USAF.

Trump menyebutnya versi yang lebih ringan dari jet tempur aslinya.

“Kami ingin menguranginya sekitar 10% karena suatu hari nanti, mungkin mereka tidak akan menjadi sekutu kami, bukan?” ujar Trump.

Pernyataan Trump menimbulkan kekhawatiran di kalangan analis pertahanan dan dapat memengaruhi negara-negara mitra. Sebelum ini juga beredar rumor mengenai adanya saklar pemutus jarak jauh F-35, walau hal ini telah dibantah oleh Pentagon dan Lockheed Martin.

Presiden Asosiasi Kekuatan Udara dan Antariksa Marsekal Udara (Purn) Greg Bagwell mengatakan, penurunan kapabilitas F-47 versi ekspor dapat membuat sekutu ragu untuk memperoleh pesawat tersebut.

F-47, bagian dari program Next Generation Air Dominance (NGAD), dirancang untuk menggantikan F-22 Raptor dan beroperasi bersama drone otonom.

Pernyataan Trump di sisi yang lain menimbulkan kekhawatiran juga bagi militer AS. Bagaimana mungkin jet tempur generasi keenam yang menjadi kunci keunggulan USAF akan diekspor, sementara F-22 saja dari awal tidak diperuntukkan bagi pasar ekspor.

Tanpa gembar-gembor yang menarik perhatian, AS dikatakan telah menjalani pengujian rahasia pesawat demonstrator teknologi NGAD selama hampir lima tahun terakhir.

Pesawat tersebut memiliki desain tanpa ekor dan canard, struktur sayap dihedral yang tinggi, serta hidung lebar yang dapat menampung sistem radar canggih.

Trump mengklaim F-47 akan menjadi jet tempur paling canggih, paling berkemampuan, dan paling mematikan yang pernah dibuat dan produksinya sudah berjalan.

Namun, Bagwell memperingatkan bahwa program tersebut tidak berjalan secepat yang diharapkan Trump.

Ia mengatakan bahwa tahun lalu USAF menghentikan proyek tersebut untuk menentukan apakah platform pesawat ini akan berawak atau tak berawak.

Disebutkannya pembatasan ekspor muncul di tengah meningkatnya skeptisisme di kalangan pelanggan asing tentang kebijakan pertahanan AS.

Jerman sebelumnya mempertimbangkan kembali pembelian F-35 karena rumor mengenai saklar pemusnah pemutus, meskipun kesepakatan tersebut telah berjalan maju.

Portugal baru-baru ini juga membatalkan rencana pesanan F-35, dengan alasan kekhawatiran mengenai ketidakpastian kebijakan AS, dan Kanada sedang meninjau kembali akuisisinya meskipun telah melakukan pembayaran awal.

Analis militer Cina telah meneliti desain F-47, terutama penggunaan canard. Menurut mereka sayap kecil di pesawat ini dapat memengaruhi kinerja siluman. (RNS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *