AIRSPACE REVIEW – Menteri Pertahanan Portugal Nuno Melo mengatakan negaranya sedang mempertimbangkan untuk tidak jadi mengakuisisi jet tempur F-35 dari AS dan beralih pesawat buatan Eropa seperti Rafale dari Prancis.
Hal itu disebabkan mengingat kekhawatiran akan kebijakan Amerika Serikat dalam menghadapi perubahan kondisi geopolitik.
Seperti diketahui, AS di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump mewacanakan akan menarik diri dari keanggotaan NATO.
Portugal saat ini sedang mencari pesawat tempur baru untuk menggantikan armada tua F-16AM/BM yang dioperasikan oleh Angkatan Udara Portugal (FAP).
Melo menekankan pentingnya mengevaluasi pesawat bukan hanya berdasarkan kemampuan tempurnya tetapi juga potensi manfaat ekonominya bagi perekonomian Portugal.
“Kita perlu mempertimbangkan beberapa opsi, termasuk opsi Eropa, sambil mempertimbangkan keuntungan yang dapat ditawarkannya bagi industri kita,” ungkapnya kepada Politico.
Untuk diketahui, FAP saat ini sangat bergantung pada 28 jet tempur tua F-16AM/BM yang diperoleh dalam dua tahap pada tahun 1990-an.
Sebanyak 20 pesawat pertama tiba pada tahun 1994 melalui program Peace Atlantis I, diikuti oleh delapan pesawat lagi pada tahun 1999 melalui program Peace Atlantis II.
Pesawat-pesawat buatan Lockheed Martin tersebut bermarkas di Pangkalan Udara Monte Real dan dioperasikan oleh Skuadron 201 dan 301.
Ditingkatkan pada pertengahan tahun 2000-an dengan avionik dan senjata modern, F-16AM/BM mampu melakukan misi pertahanan udara dan berkontribusi pada operasi NATO seperti Baltic Air Policing.
Namun, dengan usia badan pesawat yang mendekati 40 tahun, tantangan pemeliharaan dan kekurangan suku cadang semakin meningkat, mendorong perlunya pesawat pengganti dengan cepat.
Jika Portugal jadi memilih Rafale, maka negara ini akan menjadi pengguna kelima di daratan Eropa setelah Prancis, Yunani, Kroasia, dan Serbia. (RBS)