AIRSPACE REVIEW – Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) yang berbasis di Swedia merilis data terbaru yang menyebut Ukraina menjadi importir senjata utama terbesar di dunia pada periode tahun 2020-2024.
Dikatakan bahwa Ukraina menyumbang 8,8 persen dari impor senjata global selama periode tersebut.
Impor piersenjataan Ukraina tersebut melonjak hampir 100 kali lipat dibandingkan periode lima tahun sebelumnya.
Peningkatan dramatis ini mencerminkan masuknya bantuan militer terutama dari negara-negara Barat yang merupakan anggota NATO, menyusul operasi militer khusus Rusia terhadap Ukraina sejak Februari 2022.
SIPRI menambahkan, setidaknya 35 negara telah memasok senjata ke Ukraina. Amerika Serikat menjadi negara pemasok utama.
Washington menyediakan 45 persen dari senjata impor negara itu, disusul Jerman dengan 12 persen, dan Polandia dengan 11 persen.
Lonjakan impor piersenjataan Ukraina ini merupakan bagian dari tren yang lebih luas di seluruh Eropa di mana impor senjata secara keseluruhan tumbuh sebesar 155 persen antara tahun 2015–2024.
Negara-negara anggota NATO di Eropa meningkatkan impor mereka lebih dari dua kali lipat, dengan 64 persen pembelian terbesar berasal dari Amerika Serikat.
“Negara-egara NATO Eropa memiliki hampir 500 pesawat tempur dan banyak senjata lainnya yang masih dipesan dari Amerika Serikat,” kata Pieter Wezeman, Peneliti Senior di SIPRI.
Sementara itu, ekspor senjata Rusia menurun tajam, turun 64 persen selama periode yang sama.
Rusia yang pernah menjadi eksportir senjata terbesar kedua di dunia, kini turun ke posisi ketiga, di belakang Prancis dan Amerika Serikat di posisi puncak.
Perang melawan Ukraina turut mempercepat penurunan ekspor senjata Rusia karena lebih banyak senjata dibutuhkan di medan perang.
Selain itu, sanksi perdagangan mempersulit Rusia untuk memproduksi dan menjual senjatanya, serta adanya upaya Amerika Serikat beserta sekutunya menekan negara-negara lain agar tidak membeli senjata Rusia. (RBS)