AIRSPACE REVIEW – Bila F-16 dari Amerika Serikat merupakan jet tempur generasi keempat yang paling banyak diproduksi, yakni mencapai lebih dari 4.600 unit, maka jet tempur yang paling banyak diproduksi sepanjang masa berasal dari Uni Soviet.
Jet tempur tersebut tidak lain adalah Mikoyan-Gurevich MiG-15 (NATO: Fagot). Pesawat ini menempati urutan teratas jet tempur yang paling banyak diproduksi di dunia dengan total produksi mencapai 18.000 unit.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 13.000 unit diproduksi di Uni Soviet dan 5.000 unit lainnya diproduksi di luar negeri secara lisensi.
Selain menjadi yang paling banyak diproduksi, MiG-15 merupakan jet tempur pertama yang berhasil menggabungkan sayap menyapu (swept wing) untuk mencapai kecepatan transonik tinggi.
Pesawat yang mengudara pertama kali pada 30 Desember 1947 ini mencapai kejayaannya dalam Perang Perang Korea (1950-1953), ketika Uni Soviet memasok MiG-15 dan para pilotnya ke Korea Utara untuk bertempur melawan Korea Selatan yang didukung Amerika Serikat.
Dalam perang tersebut, MiG-15 berhasil menekuk pesawat-pesawat AS termasuk F-86 Sabre.
Kisah Pilot Korea Utara yang Membelot dan Menyerahkan MiG-15 ke AS
Munculnya MiG-15 Uni Soviet dalam Perang Korea, menimbulkan kecemasan yang besar bagi Amerika Serikat sekaligus keinginan untuk memperoleh pesawat tersebut.
Pada tahun 1953, AS menawarkan sejumlah uang tunai yang besar dan kewarganegaraan Amerika kepada setiap pilot MiG-15 yang bersedia membelot dengan membawan satu pesawat.
Tawaran tersebut akhirnya membuahkan hasil ketika sebuah MiG-15 diterbangkan oleh pilot termuda Angkatan Udara Korea Utara, yaitu No Kum-sok, yang tergiur dengan sayembara yang dibuat oleh dinas rahasia AS itu.
Pilot No kemudian menerbangkan MiG-15 yang biasa digunakannya dari Sunan dekat Pyongyang ke Pangkalan Udara Kimpo di Korea Selatan pada pagi hari tanggal 21 September 1953.
Ia terbang selama 17 menit dari Korea Utara ke Korea Selatan dengan kecepatan maksimum 620 mph (998 km/jam).
Beruntung ia tidak dicegat oleh pasukan Korea Utara atau AS dalam penerbangannya tersebut. Secara kebetulan, radar di sekitar Pangkalan Udara Kimbo pagi itu sedang dimatikan untuk menjalani perawatan.
Dengan terburu-buru pilot No akhirnya mendarat di Pangkalan Udara Kimpo dari arah yang salah.
Hampir saja ia menabrak jet tempur F-86 milik AS yang mendarat pada saat yang sama dari arah yang berlawanan.
“MiG sialan!” teriak Kapten Jim Sutton, pilot pesawat Sabre lainnya yang sedang terbang berputar di sekitar Pangkalan Udara Kimpo saat itu.
Namun demikian ia juga menyatakan bahwa jika pilot MiG-15 mendarat di arah yang benar, kemungkinan dia malah akan ditembak jatuh.
Setelah berhasil mendarat, pilot No dari Korea Utara mengarahkan MiG-15-nya ke tempat kosong di antara dua jet Sabre AS.
No kemudian keluar dari MiG-15 dan merobek-robek gambar Pemimpin Korea Utara saat itu Kim Il-sung.
Atas pembelotan dengan membawa pesawat MiG-15 itu, pilot No diganjar hadiah 100.000 dolar AS. (RNS)