AIRSPACE REVIEW – China telah memperkuat posisinya sebagai pemasok utama perangkat keras militer di benua Afrika. Di antara peralatan yang paling menonjol dalam beberapa tahun terakhir adalah kendaraan lapis baja VN-22 yang dikembangkan oleh NORINCO.
Sejumlah negara Afrika telah mengintegrasikan VN-22 ke dalam persenjataan mereka.
Burkina Faso misalnya, menerima sekitar 20 unit VN-22 pada Oktober 2024 untuk meningkatkan kemampuan kontraterorisme angkatan bersenjatanya di wilayah-wilayah yang dilanda pemberontakan.
Lalu Ghana, pada periode yang sama memperoleh sejumlah armada serupa sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk memodernisasi militernya.
Pantai Gading mengadopsi varian VN-22B pada Januari 2024 sebagai kendaraan tempur dukungan tembakan.
Sementara, sebagai negara Afrika pertama yang menggunakan keluarga VN22 adalah Senegal yang memperolehnya pada tahun 2023.
Akuisisi ini menggarisbawahi daya tarik panser VN-22 sebagai solusi yang fleksibel dan hemat biaya untuk berbagai kebutuhan operasional.
VN-22 menonjol karena desain modularnya, yang memungkinkannya untuk menjalankan berbagai peran seperti transportasi pasukan, dukungan tempur, dan lainnya.
Versi standarnya dilengkapi dengan turret yang dioperasikan dari jarak jauh yang dilengkapi kanon otomatis 30 mm dan dua rudal antitank HJ-12.
Konfigurasi ini menawarkan daya tembak yang kuat yang mampu menyerang target lapis baja atau posisi yang dibentengi.
Panser ini juga menggabungkan sistem perlindungan aktif GL6, yang terinspirasi oleh Iron Fist Israel, untuk bertahan terhadap ancaman balistik dan proyektil antitank.
Sedangkan varian yang lebih canggih, VN-22B, dirancang khusus untuk operasi dukungan tembakan berat.
Varian ini dilengkapi dengan kanon 105 mm yang kompatibel dengan amunisi standar NATO, sehingga efektif terhadap target berlapis baja tebal dan bangunan berbenteng.
VN-22B juga memiliki lapisan baja yang ditingkatkan sesuai standar STANAG 4569 Level 4, yang memberikan perlindungan terhadap peluru penembus lapis baja 14,5 mm.
Selain itu, lambung berbentuk V dirancang untuk mengurangi dampak dari ledakan ranjau dan alat peledak rakitan.
Meningkatnya ketergantungan negara-negara Afrika pada peralatan militer China didorong oleh beberapa faktor.
Pertama, memiliki harga yang kompetitif serta menawarkan pengaturan pembiayaan yang fleksibel.
Kedua, memiliki lebih sedikit batasan penggunaan dibandingkan dengan pemasok asal Barat, yang sering kali memberikan persyaratan terkait hak asasi manusia.
Tidak mengherankan, bila produk alutsista China menjadi banyak pilihan negara, terutama dengan anggaran militer terbatas, seperti banyak negara di Afrika. (RBS)
Bersaing dengan sekutu sendiri yaitu Rusia di pasar Afrika