AIRSPACE REVIEW – Bangladesh dikabarkan berniat mengakuisisi 16 jet tempur multiperan J-10CE dari China. Hal ini dilaporkan media lokal mengutip pernyataan Kepala Angkatan Udara Bangladesh Marsekal Udara Shaikh Abdul Hannan.
Laporan tersebut muncul usai kunjungan resmi Hannan ke China pada 15-18 November 2024 lalu atas undangan Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAAF).
Spekulasi tersebut sejalan dengan laporan sebelumnya pada bulan Agustus 2024 di mana Bangladesh sedang mempertimbangkan J-10CE sebagai bagian dari program modernisasi angkatan udaranya.
Ketertarikan Bangladesh pada J-10CE juga dibentuk oleh hubungan jangka panjangnya dengan China sebagai mitra pertahanan.
Seperti diketahui, Angkatan Udara Bangladesh saat ini masih mengoperasikan jet tempur Chengdu J-7 dan jet latih Hongdu K-8W. Sebelumnya, Bangladesh juga pernah mengoperasikan jet serang Nanchang A-5 Fantan.
Selain itu, pengalaman operasional Pakistan (negara satu kawasan di Asia Selatan) dengan J-10CE memberikan referensi yang berharga bagi Bangladesh.
Jika akuisisi ini berjalan lancar, jet tempur Chengdu J-10CE akan menggantikan armada J-7 (F-7MB) lawas yang juga diproduksi oleh pabrik pesawat Chengdu.
Mengenai J-10CE, merupakan varian ekspor yang dibangun berdasarkan J-10C atau varian terakhir bertempat duduk tunggal.
Keluarga J-10C/CE juga telah menggunakan mesin baru buatan lokal Wo Shan WS-10A yang menggantikan mesin lama turunan Salyut AL-31F buatan Rusia.
Selain mesin yang lebih bertenaga, nozzle WS-10 juga telah dilengkapi TVC (thrust vectoring control) yang membuatnya semakin lincah bermanuver.
Fitur unggulan lain yang disematkan pada J-10C/CE adalah perangkat avionik dan modul peperangan elektronik (EW) baru termasuk penggunaan radar AESA (active electronically scaning array).
Dengan segala kelebihannya, J-10C/CE dapat disetarakan dengan jet tempur Eurofighter Typhoon dari Eropa atau F-16V buatan Amerika Serikat yang masuk dalam golongan jet tempur generasi 4,5. (RBS)