AIRSPACE REVIEW – Perusahaan Turgis & Gaillard yang mengembangkan drone intai serang Aarok mendapatkan kontrak dari Kementerian Angkatan Bersenjata melalui Direktorat Pemeliharaan Penerbangan (DMAĆ©) untuk memasok pesawat nirawak ini.
Pengadaan Aarok sebagai alternatif karena keterlambatan pengiriman EuroDrone yang dikembangkan oleh Airbus bekerja sama dengan Dassault Aviation dan Leonardo. Drone ini diprediksi baru tersedia tahun 2030.
Dengan desainnya yang inovatif dan biaya yang kompetitif, Aarok kemampuan yang mumpuni. Harga drone Aarok juga lebih murah dibandingkan EuroDrone.
Diperkirakan hampir 2 miliar euro dibutuhkan untuk enam sistem EuroDrone. Sementara dengan jumlah yang sama, Aarok berharga antara 5 hingga 10 juta euro.
Aarok adalah drone jenis MALE (Medium Altitude Long Endurance). Drone ini pertama kali diperkenalkan di pameran kedirgantaraan internasional Paris Air Show 2023.
Aarok dirancang untuk peran ISR (Intelijen, Pengawasan, dan Pengintaian) serta misi penyerangan.
Aarok memiliki berat landas maksimum (MTOW) 5,4 ton dengan muatan total hingga 2.700 kg (termasuk muatan senjata 1.500 kg).
Pesawat dengan bentang sayap 21,9 m ini dibekali satu mesin turboprop Pratt & Whitney Canada (PWC) PT6 berkekuatan 1.200 hp. Aarok dapat beroperasi selama 24 jam penuh.
Paket ISR untuk Aarok menyertakan sensor optronik dan elektromagnetik berperforma tinggi, berupa Wescam MX-25 atau Euroflir 610 sebagai opsi.
Sedangkan untuk misi serang, Aarok dapat dipersenjatai dengan rudal udara permukaan buatan dalam negeri AASM Hammer yang diproduksi oleh Safran Electronics & Defense.
Selain itu, Aarok dapat juga dilengkapi rudal udara ke permukaan AGM-114 Hellfire buatan Lockheed Martin, AS. (RBS)