AIRSPACE REVIEW – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat konferensi pers pada 9 Desember 2024 menegaskan kembali klaim Israel atas Dataran Tinggi Golan.
Dia menyatakan bahwa wilayah tersebut, yang diduduki sejak tahun 1967, akan tetap menjadi bagian dari Israel untuk selama-lamanya.
Netanyahu menyoroti pentingnya hal itu bagi keamanan dan kedaulatan Israel, sehingga perlu melakukan kontrol berkelanjutan atas dataran tinggi strategis tersebut.
Penegasan ini menyusul meningkatnya ketegangan dengan pasukan pertahanan Israel (IDF) yang maju ke zona penyangga di tengah runtuhnya rezim Bashar al-Assad di Suriah.
Atas tindakan Israel tersebut, entitas internasional termasuk PBB mengritik tindakan yang disebut sebagai pelanggaran perjanjian ini.
Dataran Tinggi Golan (Haḍbatu ‘l-Jawlān dalam bahasa Arab, atau Gaulantis dalam bahasa Romawi), adalah sebuah dataran tinggi di wilayah perbatasan Israel, Lebanon, Yordania, dan Suriah.
Seperti diketahui, Israel telah merebut Dataran Tinggi Golan dari tangan Suriah pada tahun 1967 dalam Perang Enam Hari.
Selanjutnya, Suriah merebut Golan kembali pada Perang Yom Kippur 1973, tetapi serangan balik Israel berhasil mengusir Suriah dari sebagian besar Dataran Tinggi Golan.
Di dataran tinggi ini terdapat bukit-bukit yang diperebutkan pada Perang Arab-Israel, seperti Bukit Hermon dan Bukit Booster.
Kedua bukit ini merupakan pusat pengamatan tentara Israel yang dikenal dengan Mata Israel atau The Eye of Israel. (RBS)