AIRSPACE REVIEW – Jet tempur legendaris MiG-21 Fishbed era Perang Dingin yang dioperasikan oleh Angkatan Udara Kroasia (CAF) telah diberhentikan dari tugas operasionalnya.
Kroasia adalah negara Eropa terakhir yang menerbangkan jet tempur buatan Uni Soviet tersebut, menyusul Rumania yang telah memensiunkan MiG-21 miliknya pada Mei 2023.
Kementerian Pertahanan Kroasia mengumumkan bahwa mulai 1 Desember 2024 MiG-21 tidak akan lagi mempertahankan wilayah udara negara itu dalam tugasnya untuk peringatan reaksi cepat (QRA) masa damai.
Peran QRA selanjutnya akan diteruskan oleh jet tempur multiperan canggih Dassault Rafale yang diakuisisi dari Prancis, tulis TWZ.
Namun demikian, Kementerian Pertahanan Kroasia memperkirakan Rafale baru akan mencapai kemampuan operasional awal pada akhir tahun 2025 dan mungkin mundur hingga awal 2026.
Dalam masa kekosongan tersebut wilayah udara Kroasia akan dijaga sementara oleh jet tempur NATO dari Angkatan Udara Italia dan Angkatan Udara Hungaria, yang masing-masing mengerahkan jet Eurofighter Typhoon dan Saab Gripen.
Hingga saat ini CAF telah menerima tujuh Rafale, terdiri dari lima unit varian kursi tunggal dan dua versi kursi ganda. Lima unit Rafale dengan kursi tunggal dijadwalkan tiba pada akhir April 2025.
Seperti halnya MiG-21, Rafale Kroasia bermarkas dari Pangkalan Udara Pleso yang juga dikenal sebagai Pangkalan Udara ke-91. Pangkalan ini berlokasi bersama dengan bandara internasional di ibu kota negara, Zagreb.
Berdasarkan sejarahnya, CAF mendapatkan MiG-21 setelah pecahnya negara Federasi Yugoslavia pada awal 1990-an.
Kroasia menerima MiG-21 pertamanya ketika seorang pilot Angkatan Udara Yugoslavia [ada Februari 1992 membelot ke negara itu dengan terbang menggunakan pesawat tersebut.
Pesawat tempur itu kemudian digunakan oleh Kroasia, tetapi ditembak jatuh di atas Bosnia dan Herzegovina pada bulan Juni di tahun yang sama.
Sepasang MiG-21 lainnya tiba di Kroasia melalui pembelotan pada bulan Mei 1992, salah satunya juga hilang dalam pertempuran.
Ketika Kroasia yang baru merdeka membangun angkatan udaranya, negara itu memperoleh 40 MiG-21 dari Ukraina dan Kirgistan antara tahun 1993 dan 1994.
Dari jumlah tersebut, 26 pesawat tempur digunakan untuk bertugas, sementara 14 lainnya digunakan sebagai suku cadang. (RBS)
Daripada dibuang sayang apalagi di scrap, sebaiknya lakukan penelitian menjadikannya “Fishbed Reborn” agar tetap terbang tapi tanpa pilot manusia yaitu dijadikan drone tempur dan dikendalikan AI, mungkin kah?