Bersaing dengan Typhoon, Prancis melakukan lobi intensif untuk menjual jet tempur Rafale ke Bangladesh

Rafale dan Typhoon_RAF

AIRSPACE REVIEW – Prancis sedang berupaya melakukan lobi intensif terhadap pemerintahan Bangladesh untuk menjual jet tempur Rafale buatan Dassault Aviation.

Diskusi dengan pemerintahan Perdana Menteri sementara Mohammad Yunus tersebut tidaklah mudah, tulis The Sunday Guardian.

Prancis berharap pemerintah baru di Bangladesh akan menyelesaikan kesepakatan terkait rencana lama untuk memodernisasi Angkatan Udara Bangladesh (BAF).

Diskusi tersebut culup alot karena Perdana Menteri sementara Mohammad Yunus digambarkan lebih reseptif terhadap tawaran Prancis dibandingkan dengan pendahulunya Sheikh Hasina.

Pada Maret 2017, Direktorat Jenderal Pengadaan Pertahanan Bangladesh (DGDP) mengeluarkan tender untuk pengadaan delapan pesawat tempur multiperan baru dengan opsi untuk empat pesawat lagi pada tahap kedua.

Pesawat akan digunakan untuk menjalankan peran pertahanan udara dan memungkinkan operasi antipermukaan, maritim, serta serangan udara.

Saat itu pemerintahan Bangladesh telah berkomitmen untuk menyelesaikan pengadaan jet tempur selama tahun fiskal 2016-2017.

Selain Rafale dari Prancis, ada juga Eurofighter Typhoon yang ikut bersaing untuk mendapatkan tender senilai hampir 2,5 miliar euro tersebut.

Sebagai bagian dari persaingan untuk tender ini, perusahaan pertahanan tidak hanya menyoroti kekuatan produk mereka masing-masing, tetapi juga menunjukkan kelemahan produk pesaing.

Berdasarkan spesifikasi yang dikeluarkan BAF, jet tempur baru harus memiliki dua mesin, yang masing-masing menghasilkan kekuatan dorong kering minimal 5.500 kg dan lebih dari 8.000 kg dengan afterburner.

Pesawat tersebut juga harus memiliki setidaknya delapan hardpoint dan kapasitas muatan minimal 5.000 kg.

Dalam hal avionik, BAF menginginkan jet tempur baru dilengkapi dengan radar AESA (electronically scanned array) canggih yang mampu menempuh jarak 150 km untuk misi udara-ke-udara dan 50 km untuk operasi udara-ke-permukaan.

Paket tersebut juga harus mencakup perangkat peperangan elektronik dan penanggulangan elektronik terpadu, sistem pencarian dan pelacakan inframerah (IRST) dengan jangkauan pelacakan 50 km, sistem penglihatan dan penargetan yang dipasang di helm, head-up display (HUD), dan kokpit kaca modern.

BAF telah mencari paket komprehensif yang tidak hanya mencakup pesawat, tetapi juga perawatan, paket pelatihan, dan perangkat amunisi udara-ke-udara dan udara-ke-permukaan.

Pengiriman diharapkan dalam dua tahap, dengan gelombang pertama yang terdiri dari empat pesawat akan diikuti oleh gelombang kedua 18-24 bulan kemudian.

Pada bulan September 2023, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi Dhaka atas undangan Perdana Menteri Sheikh Hasina.

Kunjungan tersebut, yang menyusul partisipasi Macron dalam KTT G-20 di New Delhi, merupakan kunjungan resmi pertama oleh seorang presiden Prancis ke Bangladesh dalam 33 tahun. (RNS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *