AIRSPACE REVIEW – Belum lama ini Pasukan Darat Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAGF) memperagakan penggunaan helikopter Z-10 dalam simulasi serangan ke sebuah pulau.
Menariknya, latihan tersebut melibatkan juga kapal angkut semi-submersible sebagai platform relai lepas pantai.
Kegiatan ini untuk menguji kemampuan militer China guna beroperasi dalam skenario konflik di mana platform militer tradisional mungkin tidak tersedia.
Tujuan utama latihan ini adalah untuk menyimulasikan serangan amfibi, dengan helikopter serang yang menyediakan dukungan udara bagi pasukan pendaratan di garis pantai pulau.
Menurut laporan, sebanyak delapan helikopter serang Z-10 dilibatkan menjalankan beberapa peran, termasuk dukungan udara jarak dekat.
Helikopter tersebut dioperasikan dari kapal semi-submersible sipil yang dapat mengangkut beban berat. Kapal ini dialihfungsikan sebagai pangkalan terapung dengan landasan pendaratan untuk pengisian bahan bakar dan persenjataan.
Setelah mendarat, helikopter Z-10 dipersenjatai kembali dengan amunisi kanon dan roket. Hal ini menyoroti penekanan PLAGF dalam menjaga aliran pasokan dan amunisi yang konstan kepada pasukan darat selama operasi intensitas tinggi.
Latihan militer China ini telah menekankan penggunaan aset sipil untuk melengkapi kemampuan militernya, khususnya dalam operasi amfibi dan ekspedisi.
Penggunaan kapal nonmiliter sebagai platform terapung merupakan elemen kunci strategi China untuk melakukan operasi berkelanjutan di lingkungan yang sulit dan penuh perebutan.
Mengenai Z-10 atau kadang disebut WZ-10, adalah helikopter serang kelas berat yang dikembangkan oleh Changhe Aircraft Industries Corporation (CAIC).
Di kelasnya, Z-10 bersaing langsung dengan helikopter serang AH-64E Apache dari Amerika Serikat dan Mi-28 serta Ka-52 dari Rusia. (RBS)