Korea Utara mengembangkan drone mirip MQ-9 Reaper AS yang dilengkapi rudal antitank Hellfire hasil rekayasa ulang

Drone-drone-besar-Korea-UtaraNK News

AIRSPACE REVIEW – Korea Utara dilaporkan telah mengembangkan drone militer yang mirip dengan MQ-9 Reaper milik AS dan melengkapinya dengan rudal antitank AGM-114 Hellfire hasil rekayasa ulang.

Hal tersebut disampaikan oleh Brigadir Jenderal Patrick Costellom, Pejabat Eksekutif Menteri Angkatan Darat, di Konferensi Asosiasi Angkatan Darat Amerika Serikat 2024 baru-baru ini.

Disebutkan bahwa pengembangan drone dan rudal tersebut menimbulkan kekhawatiran yang signifikan di AS, khususnya mengenai meningkatnya ancaman di kawasan Indo-Pasifik.

Costello mencatat, Pyongyang telah berfokus pada pengembangan drone yang beratnya sekitar 600 kg atau kurang, dengan kemampuan multiperan.

Sebelumnya pada Juli lalu, Korea Utara memamerkan sebuah drone yang sangat mirip dengan model drone AS. Meskipun kemampuan pasti dari drone dan rudalnya masih belum jelas, militer AS kini yakin bahwa pesawat nirawak tersebut dikembangkan dengan pengetahuan tentang teknologi Amerika.

Video yang dirilis oleh media pemerintah Korea Utara menunjukkan salah satu drone menembakkan rudal yang sangat mirip dengan Hellfire.

Costello menekankan, transfer teknologi dan hubungan yang diamati dalam konflik yang sedang berlangsung, khususnya antara Korea Utara dan Rusia, memerlukan pemantauan ketat.

Rusia yang terlibat dalam perang di Ukraina, diketahui telah mendapatkan bantuan peralatan militer dari Korea Utara. Demikian sebaliknya, Korea Utara juga mendapat banyak manfaat untuk meningkatkan teknologi pertahananannya dari Rusia.

Sementara itu, Jenderal David Stewart, Direktur Kantor Kontra-UAS Gabungan, menegaskan bahwa ancaman pesawat nirawak kini telah menjadi bagian integral dari lingkungan militer modern, terlepas dari zona konflik.

Sebagai tanggapan, Departemen Pertahanan AS telah meminta anggaran sebesar 2,4 miliar USD untuk sistem udara tak berawak pada tahun fiskal 2025.

Berbagai cabang militer AS juga mencari dana tambahan untuk mengembangkan teknologi antidrone, dengan permintaan yang belum didanai sebesar 741 juta USD pada tahun fiskal ini saja.

Kemajuan Korea Utara dalam bidang pesawat nirawak militer, yang dipadukan dengan kemajuannya dalam rekayasa balik rudal, menghadirkan tantangan signifikan bagi AS dan sekutunya.

Meskipun drone Korea Utara ini dinilai kurang canggih dibandingkan pesawat drone AS, drone tetap menjadi ancaman serius dalam skenario konflik, khususnya di kawasan Indo-Pasifik. (RNS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *