AIRSPACE REVIEW – Inggris semakin geram terhadap Rusia dengan memblokir 43 kapal tanker minyak dan gas negara itu untuk masuk ke pelabuhan-pelabuhan di Inggris. Ini adalah sanksi terbesar sejauh ini yang diberlakukan London terhadap Moskow.
Pada 17 Oktober 2024, secara resmi Pemerintah Inggris telah mengumumkan paket sanksi terluasnya, dengan melarang kapal-kapal tanker minyak dan gas Rusia yang disebut sebagai “Armada Bayangan” Presiden Vladimir Putin.
Langkah tersebut bertujuan untuk melumpuhkan jaringan kapal yang telah berupaya menghindari sanksi sebelumnya di mana kapal-kapal tanker minyak dan gas Rusia itu menjadi penyokong ekonomi untuk melancarkan operasi militer Rusia di Ukraina.
Delapan belas kapal tanker minyak dan empat kapal pengangkut gas alam cair (LNG) telah ditambahkan ke dalam daftar sanksi baru ini, sehingga total menjadi 43 kapal berbendera Rusia yang dilarang masuk ke wilayah Inggris.
Padahal, kapal-kapal tanker tersebut sangat vital bagi Moskow untuk mempertahankan ekspor minyak Rusia.
Sementara itu, Amerika Serikat dan Kanada telah bergabung dengan inisiatif “Panggilan Aksi” Inggris, yang pertama kali diumumkan oleh Perdana Menteri Keir Starmer pada Juli lalu.
Kampanye “Panggilan Aksi” Inggris tersebut hingga saat ini telah ditandatangani oleh 47 negara. Dikatakan, negara-negara tersebut bekerja sama untuk mengatasi pelanggaran armada bayangan Rusia terhadap standar keselamatan internasional dan potensi bahaya lingkungan yang ditimbulkannya, seperti risiko tumpahan minyak.
Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy menekankan pentingnya memutus jalur keuangan Rusia. Ia menandaskan bahwa armada bayangan tersebut menimbulkan ancaman tidak hanya bagi keselamatan maritim tetapi juga bagi ekonomi global.
Sebagai akibat dari sanksi ini, raksasa pengiriman yang dikendalikan negara Rusia, Sovcomflot, telah berusaha keras untuk menghindari hukuman dengan mengganti nama dan menugaskan kembali kapal-kapalnya.
Akibat larangan tersebut, banyak kapal tanker minyak dan gas Rusia tertahan di perairan internasional dan tidak dapat membongkar muatannya guna menghasilkan pendapatan.
Perkembangan ini telah menambah tekanan pada sektor energi Rusia, di mana perusahaan-perusahaan andalan seperti Gazprom telah melaporkan kerugian yang signifikan, termasuk defisit bersih sebesar 6,9 miliar USD pada tahun 2023 lalu.
Sanksi tersebut juga meluas melampaui armada bayangan, menargetkan pemain-pemain utama dalam industri gas Rusia, seperti Rusgazdobycha JSC.
Sanksi terbaru Inggris terhadap “armada bayangan” kapal tanker minyak Rusia merupakan eskalasi kritis dalam upaya melumpuhkan sumber daya keuangan yang memicu perang Rusia di Ukraina.
Langkah-langkah ini merupakan bagian dari kampanye Inggris yang lebih luas dan telah menurunkan pendapatan Rusia senilai lebih dari 400 miliar USD sejak dimulainya perang dengan Ukraina.
Tindakan keras ini sejalan dengan upaya internasional yang lebih luas, dengan AS, Kanada, dan beberapa negara Eropa mendukung inisiatif Inggris untuk menghentikan perdagangan minyak Rusia. (RNS)