AIRSPACE REVIEW – Juru bicara Pentagon Mayjen Pat Ryder pada 13 Oktober mengumumkan bahwa Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin telah mengesahkan pengerahan baterai THAAD (Terminal High Altitude Area Defense) ke Israel atas arahan Presiden Joe Biden.
Langkah ini dilakukan sebagai respons terhadap eskalasi terkini, termasuk serangan rudal balistik Iran ke Israel pada bulan April dan Oktober tahun ini.
Ryder menekankan bahwa pengerahan tersebut akan memperkuat kemampuan pertahanan udara Israel di tengah meningkatnya ketegangan regional.
Perlu diketahui, bantuan sistem rudal pertahanan udara THAAD untuk Israel ini bukanlah yang pertama.
Pada tahun lalu, AS telah mengarahkan dan penempatan sistem serupa, menyusul serangan kelompok Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel.
Penempatan baru sistem THAAD ini menambah sistem pertahanan udara Israel yang sudah kuat, yang meliputi sistem Iron Dome, David’s Sling, dan Arrow 3.
THAAD dikembangkan oleh perusahaan Lockheed Martin, setelah pengalaman serangan rudal Scud Irak selama Perang Teluk pada tahun 1991.
Sistem pertahanan udara canggih ini dirancang untuk mencegat ancaman mulai dari roket jarak pendek hingga rudal jarak jauh.
Rudal pencegat THAAD tidak membawa hulu ledak, sebaliknya mengandalkan energi kinetik tumbukannya untuk menghancurkan rudal yang masuk.
Sistem THAAD ini dapat menyerang target pada jarak jauh hingga 200 km dan pada ketinggian melebihi 150 km. (RBS)
Arrow 3 yang diklaim Israel lebih canggih dari THAAD ternyata tak mampu cegat masifnya serangan rudal Iran kemarin di fase terminal, kita tunggu kiprah rudal THAAD ini dalam Operasi True Promise II yang sudah direncanakan Teheran