AIRSPACE REVIEW – Israel pada hari Senin melancarkan gelombang serangan udara besar-besaran dengan mengerahkan 100 jet tempurnya dan menggempur sekitar 120 lokasi Hizbullah di wilayagh Lebanon selatan.
Operasi tersebut, kata sumber militer Israel dikutip The Guardian, dilaksanakan hanya dalam tempo satu jam.
Seorang juru bicara IDF telah mengeluarkan peringatan mendesak kepada warga sipil Lebanon untuk menghindari lokasi-lokasi di pantai atau di atas kapal di pesisir Sungai Awali ke arah selatan hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Gelombang serangan itu terjadi saat warga Israel memperingati setahun serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober 2023 lalu, yang memicu perang yang meningkat selama setahun di wilayah tersebut.
IDF juga mengumumkan pada hari Senin bahwa mereka telah menetapkan zona militer tertutup baru di Israel utara. Ini adalah wilayah tertutup keempat sejak invasi darat dimulai, yang membentang ke arah timur dari pantai Mediterania.
“Target-target ini milik berbagai unit organisasi teroris Hizbullah, termasuk unit regional front selatan Hizbullah, Pasukan Radwan, Pasukan Rudal dan Roket, dan Direktorat Intelijen,” kata IDF dalam sebuah pernyataannya.
Dikatakan bahwa operasi ini merupakan bagian dari tindakan untuk melemahkan kemampuan komando, kendali, dan penembakan Hizbullah, serta membantu pasukan darat Israel dalam mencapai tujuan operasional mereka.
Saat acara peringatan berlangsung di seluruh Israel, kekerasan terus berkecamuk di berbagai front. Israel juga memperluas operasi daratnya ke Lebanon dengan melibatkan unsur-unsur divisi ketiga dalam pertempuran tersebut.
Meskipun tempo operasi militer Israel meningkat dengan cepat, Hizbullah juga menembakkan sejumlah rudal ke Israel sepanjang hari pada hari Senin, sementara rudal balistik yang ditembakkan oleh Houthi Yaman ditembak jatuh saat malam tiba.
Pada Senin malam, sirene berbunyi di Israel tengah setelah beberapa peluncuran proyektil diidentifikasi melintas dari Lebanon. Militer Israel mengatakan beberapa proyektil dicegat, sementara sisanya jatuh di area terbuka.
Di Lebanon, tempat Israel melakukan operasi daratnya selama seminggu, elemen dari tiga divisi Angkatan Darat Israel kini terlibat dalam pertempuran. Divisi ke-91 telah bergabung dalam serangan darat melengkapi unit dari divisi ke-36 dan ke-83.
Media mencatat, konflik yang meluas berisiko semakin menarik AS untuk memberikan dukungan militer dan diplomatik penting bagi Israel.
Minggu lalu, Israel meluncurkan apa yang disebutnya operasi darat terbatas di Lebanon selatan setelah menewaskan pemimpin lama Hizbullah, Hassan Nasrallah.
Pertempuran tersebut adalah yang terburuk sejak Israel dan Hizbullah berperang selama sebulan pada tahun 2006.
Setidaknya 1.400 warga Lebanon, termasuk warga sipil, petugas medis, dan pejuang Hizbullah, telah tewas dan 1,2 juta orang terusir dari rumah mereka.
Israel mengatakan pihaknya berniat mengusir kelompok militan dari garis biru perbatasan antara kedua negara sehingga puluhan ribu warga Israel dapat kembali ke rumah.
Militer Israel sedang mendirikan pangkalan operasi terdepan di dekat misi penjaga perdamaian PBB di garis biru di Lebanon selatan. Pangkalan ini membahayakan pasukan penjaga perdamaian, kata seorang pejabat, yang berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas situasi.
Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (Unifil), yang dibentuk untuk mengawasi penarikan pasukan Israel dari Lebanon selatan setelah invasi Israel tahun 1978, menolak permintaan militer Israel untuk mengosongkan beberapa posisinya sebelum serangan darat.
Hizbullah mengatakan tidak akan menargetkan pasukan Israel di dekat pangkalan itu, dan menuduh Israel menggunakan perisai manusia.
Sementara itu, Israel terus meningkatkan operasi militernya terhadap Hamas yang menembakkan roket dari Gaza bertepatan dengan acara peringatan itu.
Hamas sendiri telah bersumpah untuk melanjutkan perang yang panjang dan menyakitkan terhadap Israel.
Serangan Israel terhadap Hamas selama 12 bulan ini telah menewaskan lebih dari 41.000 warga Palestina. (RNS)