AIRSPACE REVIEW – Perusahaan rintisan asal Amerika Serikat, Electra Aero, memamerkan kemampuan lepas landas dan mendarat ekstrem dari prototipe pesawat Electra eSTOL (electric.Short Take off Landing) rancangannya kepada Militer AS.
Pesawat yang dijuluki juga sebagai ‘Ultra Short’ ini dirancang untuk beroperasi dari wilayah tanpa landasan udara yang memadai, dan sanggup lepas landas dan mendarat pada jarak kurang dari 100 m.
Ide pengembangan Electra eSTOL ini setelah dampak bencana dari Badai Helene, yang telah menghancurkan dan memutus sebagian besar wilayah North Carolina.
Kejadian tersebut menyoroti perlunya pesawat yang dapat mendarat dan lepas landas di wilayah terdepan yang mungkin tidak memiliki landasan pacu memadai. Pesawat cukup beroperasi dari padang rumput atau lapangan sepak bola.
Dikembangkan melalui kerja sama dengan Angkatan Udara AS dan diminati AD dan Korps Marinir AS, pesawat Ultra Short dirancang untuk beroperasi di wilayah yang biasanya hanya bisa didarati helikopter.
Ultra Short tampak seperti pesawat ringan konvensional dengan sayap yang dipasang di atas, namun yang sedikit membedakannya adalah delapan motor listrik berjejer di sayapnya.
Pesawat ditenagai sistem propulsi hibrida listrik dengan menggunakan baterai litium dan generator turbin.
Ultra Short dapat mencapai jarak tempuh yang lebih jauh daripada kendaraan listrik (darat), dengan menggunakan generator untuk mengisi ulang baterai atau menjalankan motor secara langsung.
Kecepatan jelajahnya sekitar 322 km/jam dan jarak tempuh sekitar 805 km dengan cadangan daya untuk 45 menit.
Selama penerbangan demonstrasi terbaru yang dilakukan oleh Kepala Pilot Uji Electra Cody Allee, Ultra Short melakukan serangkaian lepas landas dan pendaratan dari padang rumput di Fasilitas Udara Korps Marinir Quantico dan Lapangan Udara Angkatan Darat Felker di Pangkalan Gabungan Langley-Eustis di Virginia.
Pesawat menunjukkan kebolehannya dengan terbang dalam putaran ketat 46 m pada kecepatan rendah dan ketinggian rendah.
Electra Aero menyebutkan bila pesawat Ultra Short ini memiliki biaya operasional 70 persen lebih rendah dan operasi yang sangat senyap dibandingkan helikopter ringan konvensional. (RBS)