GUR: Rusia bertekad meraih kemenangan mutlak di Ukraina pada 2026

UkrainaVCCI

AIRSPACE REVIEW – Rusia tengah berupaya meraih kemenangan telak di Ukraina pada tahun 2026 sambil menghadapi kendala ekonomi dan pembangkitan kekuatan jangka menengah dan panjang.

Hal tersebut diungkapkan selama pertemuan Strategi Eropa Yalta ke-20 di Kyiv pada tanggal 15 September 2024.

kepala Direktorat Intelijen Militer Utama Ukraina (GUR) Letnan Jenderal Kyrylo Budanov menyatakan bahwa Kremlin memandang tahun 2025 sebagai tahun yang kritis.

Kegagalan mencapai kemenangan di Ukraina pada awal tahun 2026 dapat membahayakan ambisi Rusia untuk tetap menjadi negara adikuasa global selama 30 tahun ke depan, tambah Kyrylo Budanov.

Rusia mengantisipasi situasi ekonomi dan sosial-politik yang memburuk pada pertengahan tahun 2025, bersamaan dengan meningkatnya kesulitan dalam perekrutan militer.

Kyrylo Budanov mengindikasikan bahwa militer Rusia mengalami kekurangan personel dan penurunan jumlah relawan baru yang menandatangani kontrak.

Dilansir oleh Army Recognition (17/9), peningkatan signifikan baru-baru ini dalam pembayaran satu kali kepada tentara kontrak (kontraktniki), yang dilaporkan di setidaknya 36 wilayah Rusia, menggarisbawahi perjuangan Rusia dalam mempertahankan jumlah pasukannya.

Beberapa wilayah sekarang membayar kontraktniki lebih dari satu juta rubel (sekitar 11.000 dolar AS) atau lebih, yang mencerminkan tindakan mahal yang diambil untuk mempertahankan jumlah pasukan.

Serangan Ukraina ke wilayah Kursk dan serangan berkelanjutan di wilayah Rusia dilaporkan telah menurunkan moral warga Rusia dan mengikis persepsi tentang ketangguhan Rusia.

Kyrylo Budanov yakin bahwa perkembangan ini dapat memaksa Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membuat keputusan penting: meluncurkan mobilisasi baru yang berisiko dan kontroversial atau mengurangi intensitas operasi militer di Ukraina.

Skenario ini bergantung pada asumsi bahwa negara-negara Barat akan terus mendukung Ukraina di tahun-tahun mendatang.

Masih belum pasti bagaimana Putin akan menanggapi kendala yang dihadapi Rusia dalam konflik Ukraina, termasuk potensi ketergantungan pada mitra asing seperti Iran, Korea Utara, dan China.

Rusia juga menghadapi tantangan yang semakin meningkat terkait dengan produksi dan perolehan peralatan yang dibutuhkan untuk operasinya di Ukraina.

Militer Rusia sangat bergantung pada perbaikan stok senjata dan peralatan era Uni Soviet, khususnya kendaraan lapis baja, untuk mempertahankan operasi ofensifnya.

Untuk mempertahankan tempo operasionalnya saat ini dalam jangka menengah dan panjang, militer Rusia kemungkinan perlu lebih memobilisasi ekonomi dan industri pertahanan Rusia serta berinvestasi dalam pengembangan kapasitas.

Namun, tidak jelas apakah industri pertahanan Rusia dapat memproduksi cukup banyak untuk mengimbangi kerugian peralatan yang signifikan di Ukraina, bahkan dengan mobilisasi ekonomi tambahan.

Kekurangan tenaga kerja, yang sudah diperburuk oleh konflik, menghadirkan kendala potensial lainnya.

Kyrylo Budanov juga menyoroti peran penting Korea Utara sebagai sekutu militer Rusia yang paling berpengaruh.

Pengiriman munisi artileri Korea Utara telah memberikan dampak langsung dan cepat pada dinamika perang, dengan operasi Rusia yang intensif diamati beberapa hari setelah pasokan ini tiba.

Menurut GUR, basis industri pertahanan Rusia tidak dapat memproduksi amunisi artileri yang cukup untuk mempertahankan laju tembakannya saat ini.

Korea Utara mengirimkan satu juta peluru artileri ke Rusia antara September dan November 2023 dan tambahan 4,8 juta peluru pada Juni 2024.

Kerja sama militer antara Rusia dan Korea Utara ini merupakan bagian dari hubungan yang lebih luas yang ingin dibangun Rusia dengan mitra lain, seperti Iran dan China.

Perang antara dua negara pecahan Uni Soviet ini telah dimulai dari Februari 2024, telah memakan banyak korban di kedua belah pihak.

Hingga saat ini belum ada tanda-tanda perang akan berakhir. Apalagi bantuan senjata dari NATO terus mengalir ke Ukraina, sementara Rusia juga mendapatkan tambahan senjata dari Iran dan Korea Utara yang menjadi sahabatnya. (RBS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *