AIRSPACE REVIEW – Investigasi yang dilakukan oleh komunitas intelijen internasional InformNapalm mengungkap skema yang memungkinkan Rusia untuk terus menerbangkan pesawat militernya, termasuk jet tempur Su-30SM, meskipun terkena sanksi Barat.
Investigasi tersebut menyoroti bagaimana perusahaan ARC Group, Kazakhstan telah memfasilitasi pemeliharaan jet Rusia, menggunakan teknologi penerbangan Prancis dari perusahaan Thales dan Safran.
Su-30SM Rusia termasuk yang mengandalkan sistem avionik penting yang dipasok oleh produsen Prancis, termasuk layar multifungsi, sistem navigasi, dan HUD (heads-up display).
Su-30SM merupakan salah satu jet tempur andalan Angkatan Udara Rusia. Rusia mengoperasikan sekitar 130 unit pesawat ini, 15 di antaranya hancur selama perang di Ukraina.
Namun dengan sanksi Barat yang berjalan sebagai mana mestinya, dapat menyebabkan Rusia akan kehilangan lebih banyak lagi kemampuan tempur jika tidak dapat memelihara avionik asing di pesawat ini.
Dokumen yang diperoleh InformNapalm mengungkap bahwa ARC Group, sebuah perusahaan yang berpusat di Kazakhstan, telah menghindari dari sanksi dengan bekerja sama dengan Rusia untuk memperbaiki dan merawat peralatan dari Prancis tersebut.
ARC Group dilaporkan mempekerjakan spesialis bersertifikat yang terlatih dalam perawatan sistem Thales dan Safran.
“Tanpa peralatan ini, pilot Rusia akan terbang tanpa arah,” demikian catatan investigasi, yang menekankan pentingnya avionik Prancis bagi kemampuan operasional pesawat.
Investigasi InformNapalm menunjukkan bahwa ARC Group menandatangani kontrak dengan perusahaan Rusia Rosaviatspeckomplekt pada tahun 2021, yang menyetujui perbaikan komponen buatan Prancis untuk Su-30SM Rusia.
Meskipun sanksi diberlakukan setelah invasi Rusia ke Ukraina, kontrak tersebut tetap berlaku, dengan spesialis dari Kazakhstan yang melakukan perjalanan ke Rusia untuk melaksanakan tugas pemeliharaan.
Menurut temuan tersebut, para ahli Kazakhstan tersebut dilatih oleh Thales di Prancis dan menerima sertifikasi untuk memperbaiki sistem tersebut.
Disebutkan, antara Januari dan Februari 2023, para spesialis menyelesaikan pelatihan teori dan praktik di Thales untuk memperbaiki sistem avionik.
Temuan tersebut menimbulkan kekhawatiran tentang efektivitas sanksi terhadap industri penerbangan militer Rusia dan peran negara ketiga dalam memfasilitasi kelanjutan pengoperasian peralatan militer Rusia.
Perusahaan Prancis yang terlibat, Thales dan Safran, sebelumnya telah mengumumkan bahwa mereka akan keluar dari pasar Rusia menyusul sanksi tersebut.
Namun faktanya, penyelidikan tersebut mengungkapkan bahwa ARC Group terus mendapatkan peralatan dan keahlian dari Prancis dengan kedok melayani armada Su-30SM milik Kazakhstan sendiri.
Skema ini juga menggarisbawahi tantangan yang lebih luas dalam menegakkan sanksi internasional ketika pihak ketiga bersedia bertindak sebagai perantara.
InformNapalm telah mendesak otoritas Prancis dan organisasi internasional untuk menyelidiki dan menangani pelanggaran ini, dengan memperingatkan implikasi jangka panjang bagi keamanan global jika praktik semacam itu tidak dibatasi.
Ditambahkan, dokumentasi lengkap investigasi ini diharapkan akan segera dirilis. (RBS)
Sebelumnya, Su-30MKM milik tetangga sudah menggunakan avionik dari Thales, Prancis
Sanksi yg hanya brlaku bagi kpntingan barat (us n ue)..
Sudah 70 tahun lbih zionist mmbun*hi mmb4smi warga palstina tp bukannya mmberi sanksi mlh jadi pnyokong mmberi bantuan finansial n alat perang kpada zionist agar terus bisa mnjjah..