AIRSPACE REVIEW – Presiden Serbia Aleksandar Vučić mengumumkan pada 29 Agustus lalu mengenai finalisasi kontrak senilai 2,7 miliar euro (3 miliar dolar AS) untuk membeli 12 jet tempur Dassault Rafale dari Prancis.
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut perjanjian bilateral untuk memasok sembilan pesawat tempur berkursi tunggal dan tiga berkursi ganda pada tahun 2028-2029 sebagai bersejarah dan penting.
Tak lama setelah pengumuman itu, sejumlah media Serbia dan Rusia melaporkan bahwa salah satu ketentuan perjanjian itu adalah Prancis akan mengurangi harga jual sebesar 400 juta euro (443 juta dolar AS) sebagai imbalan atas transfer Serbia beberapa jet tempur MiG-29 miliknya yang akan dikirim Paris untuk kemudian disalurkan ke Ukraina.
Keraguan tentang keakuratan klaim tersebut segera muncul. Serbia membantah memberikan bantuan militer apa pun kepada Kyiv dan menolak untuk bergabung dengan sanksi internasional terhadap Moskow atas invasinya ke Ukraina.
Selain itu, jumlah jet yang diduga dijanjikan yakni 36 MiG-29, melebihi jumlah total yang sebenarnya dimilikinya Angkatan Udara Serbia yang kurang dari 20.
Laman Kementerian Pertahanan Serbia hanya mencantumkan 14 MiG-29 yang beroperasi, angka yang dikonfirmasi oleh beberapa analis sektor publik.
Dari jumlah tersebut, empat diwarisi dari Yugoslavia, enam dari Rusia, dan empat dari Belarus.
Menteri Pertahanan Serbia Bratislav Gašić membantah tuduhan itu dan menyebutnya sebagai kebohongan nyata.
“Ini adalah kebohongan baru dan kepalsuan yang nyata, yang satu-satunya tujuannya adalah untuk menutupi akuisisi 12 jet tempur multiperan Rafale generasi keempat yang baru. MiG-29 yang dimiliki Serbia adalah milik Serbia dan kami tidak akan pernah memberikannya kepada siapa pun,” tandas dia.
Ia menambahkan bahwa MiG-29 yang dimiliki Beograd telah dimodernisasi sepenuhnya dan akan memainkan peran penting dalam pertahanan Serbia saat ini dan kedepannya.
Ditambahkan Gašić, Serbia memperoleh peralatan tempur canggih untuk melengkapi dan memperkuat kemampuan angkatan bersenjatanya yang ada, bukan untuk menggantikannya.
Jet tempur unggulan
Dassault Rafale merupakan salah satu jet tempur unggulan dunia dari generasi ke-4,5.
Jet tempur ini dikenal dengan kemampuan Omnirole-nya, yang memungkinkannya untuk menjalankan berbagai misi, termasuk superioritas udara, dukungan darat, pengintaian, bahkan serangan dengan senjata nuklir.
Rafale dilengkapi dengan avionik canggih, termasuk sistem peperangan elektronik SPECTRA, dan memiliki fitur fusi data multisensor untuk meningkatkan kewaspadaan situasional.
Pesawat bermesin ganda dengan sayap delta-canard ini dapat mencapai kecepatan tertinggi 1.800 km/jam dan memiliki jangkauan maksimum 3.700 km.
Dengan 14 gantungan senjata, Rafale mampu membawa berbagai persenjataan, termasuk rudal udara ke udara, bom berpemandu presisi, dan rudal antikapal.
Selain Prancis, negara yang kini menjadi operator Rafale adalah Kroasia, Mesir, Yunani, India dan Qatar. Segera menyusul Indonesia, Uni Emirat Arab dan Serbia. (RBS)