Jika terwujud, WindRunner milik perusahaan AS Radia akan menjadi pesawat angkut terbesar di dunia dengan kapasitas muatan lebih 72 ton

Radia WindRunnerRadia

AIRSPACE REVIEW – Dalam sebuah wawancara dengan Aerospace Global News pada 27 Agustus 2024, Mark Lundstrom, CEO dan pendiri perusahaan kedirgantaraan Radia yang berbasis di Colorado, AS, mengungkapkan kemampuan penggunaan ganda untuk WindRunner, pesawat angkut terbesar di dunia yang saat ini sedang dalam tahap pengembangan.

Awalnya dirancang untuk mengangkut khusus bilah turbin angin berukuran besar, pesawat sepanjang 108 m ini kini sedang dipertimbangkan untuk aplikasi tambahan.

Salah satunya untuk transportasi militer, yang dapat menampung enam jet tempur F-16 Fighting Falcon atau enam helikopter CH-47 Chinook dengan rotor yang masih terpasang.

Didukung oleh empat mesin hemat bahan bakar, WindRunner dapat mencapai kecepatan jelajah hingga Mach 0,6 (sekitar 740 km/jam) sambil membawa muatan hingga 72.5 ton.

Pesawat ini terutama akan digunakan untuk membawa turbin darat GigaWind buatan Radia, yang memiliki bilah sepanjang 105 m dan dimaksudkan untuk meningkatkan keluaran energi sekaligus mengurangi biaya keseluruhan tenaga angin.

Radia telah melakukan pengujian dan simulasi ekstensif untuk memvalidasi desain WindRunner, termasuk pengujian terowongan angin pada model skala untuk mengoptimalkan kinerja aerodinamis dan memastikan integritas struktural.

Seiring dengan kemajuan produksi, Radia bekerja sama dengan produsen dan pemasok kedirgantaraan untuk mengembangkan WindRunner menggunakan material, teknik produksi, dan avionik modern.

Dengan desain yang telah rampung dan persiapan produksi yang sedang berlangsung, Radia berencana untuk memulai operasi komersial pada akhir tahun 2027, dengan kontrak awal untuk mengirimkan turbin ke ladang angin berskala gigawatt.

Jika dibandingkan dengan pesawat angkut besar lainnya, proyek WindRunner menawarkan kapasitas ruang muatan sebesar 7.702 meter kubik.

Kapasitas ini jauh lebih besar daripada Antonov An-225 Mriya, dengan kapasitas 1.300 meter kubik, Antonov An-124 dengan kapasitas 1.160 meter kubik, dan Boeing 747-400 dengan kapasitas 610 meter kubik.

Lundstrom mencatat bahwa WindRunner dirancang untuk memprioritaskan pemindahan kargo berdasarkan volume daripada massa, pendekatan baru yang membedakannya dari pesawat lain di pasar transportasi angkat berat saat ini.

Oleh karena itu, pesawat ini menawarkan volume kargo sekitar 12 kali lebih besar dari Boeing 747 dan sembilan kali lebih besar dari pesawat Antonov terbesar yang tersisa, menyusul hancurnya satu-satunya An-225 pada 24 Februari 2022, saat pertempuran di Bandara Antonov di Ukraina.

Pertimbangan penggunaan militer untuk WindRunner muncul di tengah latar belakang di mana produksi pesawat angkut besar lainnya yaitu Lockheed C-5 Galaxy dan Boeing C-17 Globemaster III telah berhenti diproduksi sejak 1989 dan 2013.

Sementara ketersediaan Antonov An-124, pesawat angkut militer terbesar saat ini beroperasi, telah terhenti produksinya karena konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.

Lundstrom menyebutkan sedang ada diskusi dengan calon pengguna akhir militer sebagai calon pengguna WindRunner, meskipun tak disebutkan instansinya.

Desain WindRunner mencakup ruang kargo dengan pemuatan di bagian depan yang mampu menampung berbagai aset sipil dan militer.

Selah satu keunggulan desain Radia adalah memungkinkan aset yang diangkut tetap utuh seperti F-16 lengkap dengan sayap dan siripnya, begitu juga CH-47 tanpa harus melepas bilah rotornya.

Dengan menghindari perlunya pembongkaran dan pemasangan kembali di tempat tujuan, berpotensi meningkatkan efisiensi operasional, terutama mempersingkat waktu dan mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja manusia.

Untuk dimensinya, WindRunner dengan panjang 108 m, tinggi 24 m, dan lebar sayap 80 m, memiliki dimensi keseluruhan lebih besar dibandingkan beberapa pesawat angkut militer berat yang ada saat ini.

WindRunner
Radia

Antonov An-124 yang memiliki panjang 69 m dengan lebar sayap 73,3 m. Lockheed C-5 Galaxy yang berukuran panjang 75 m dan lebar sayap 67,9 m. Sedangkan Antonov An-225 dengan panjang 84 m dan lebar sayap 88,4 m.

Dari segi kapasitas muatan, bobot muatan maksimum WindRunner sebesar 72.5 ton lebih kecil dibandingkan Antonov An-225 yang mampu membawa muatan hingga 247 ton dan Antonov An-124 yang memiliki kapasitas muatan 150 ton. Lockheed C-5 Galaxy juga mengungguli WindRunner dalam hal ini, dengan kapasitas muatan maksimum 129 ton.

Mengenai persyaratan landasan pacu, WindRunner membutuhkan panjang landasan pacu minimal 1.800 m, yang lebih pendek dari Antonov An-124, yang membutuhkan sekitar 2.500 m, dan Antonov An-225, yang membutuhkan sekitar 3.500 m untuk lepas landas.

Persyaratan ini juga lebih sedikit dari Lockheed C-5 Galaxy dan Boeing C-17, yang biasanya membutuhkan sekitar 2.300 m atau lebih tergantung pada muatan dan kondisi.

Namun, jangkauan maksimum WindRunner dengan muatan penuh adalah 2.000 km, yang lebih sedikit dari pesawat angkut super berat militer lainnya.

Perbandingan ini menunjukkan bahwa WindRunner diposisikan untuk melayani kebutuhan spesifik, khususnya saat mengangkut kargo besar dan berdensitas rendah dalam jarak pendek dan beroperasi dari landasan pacu pendek. (RBS)

One Reply to “Jika terwujud, WindRunner milik perusahaan AS Radia akan menjadi pesawat angkut terbesar di dunia dengan kapasitas muatan lebih 72 ton”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *