AIRSPACE REVIEW – Komite Alokasi Senat menyetujui anggaran Departemen Pertahanan AS (Pentagon) untuk tahun fiskal 2025 sebesar 851,7 miliar USD.
Dibandingkan anggaran pertahanan AS pada tahun 2024, anggaran pertahanan tahun 2025 meningkat sebesar 3,3%.
Jumlah ini juga lebih besar 2,3% dibandingkan alokasi yang disahkan oleh Komite Alokasi DPR AS pada bulan Juni lalu.
Dengan alokasi tersebut, anggaran untuk Angkatan Udara AS (USAF) dan Angkatan Luar Angkasa AS (USSF) guna menangkal kemajuan China dan Rusia juga mengalami peningkatan.
Para anggota Senat menyebut, kemajuan teknologi pesawat tempur China dan Rusia serta kemampuan luar angkasa kedua negara semakin meningkat. Sehingga, USAF dan USSF memiliki kebutuhan untuk mempertahankan kekuatan guna menangkalnya.
“Ini untuk memperkuat militer kita di semua bidang, di udara, di darat, di laut, di luar angkasa, dan di dunia maya,” kata Senator Susan Collins (R-Maine) tentang anggaran tersebut.
“Bagi Angkatan Udara, rancangan undang-undang tersebut menyediakan dana tambahan untuk menyediakan hampir 500 pesawat lebih banyak daripada yang diizinkan oleh permintaan anggaran Presiden,” lanjutnya seperti diberitakan Air & Space Forces Magazine pada 3 Agustus.
Anggota Senat menambahkan, USAF akan mendapat enam pesawat tempur F-15EX lebih banyak dari yang diminta USAF.
Anggaran tahun 2025 juga menyediakan 280 juta USD untuk program pengembangan mesin Next Generation Adaptive Propulsion (NGAP).
“Saya ingin mengulangi bahwa situasi keamanan global yang kita lihat saat ini sama berbahayanya dengan yang pernah terjadi,” kata Senator Jon Tester (D-MT) pada pertemuan komite tanggal 1 Agustus.
Faktanya, lanjut dia, minggu lalu pembom China telah memasuki Zona Pertahanan Udara Alaska, sekitar 150 mil di lepas pantai Amerika Serikat. “Ini sangat mengkhawatirkan.”
Ditambahkan bahwa Rusia dan China berkolaborasi di seluruh dunia, mulai dari luar angkasa hingga perang yang dilakukan Rusia di Ukraina.
Kolaborasi nuklir dan luar angkasa yang semakin mendalam antara Beijing dan Moskow telah membuat para pemimpin militer AS khawatir.
Pada bulan Maret lalu, Rusia dan China mengumumkan rencana untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di Bulan pada tahun 2030-an.
China juga baru-baru ini menghentikan perundingan pengendalian senjata nuklir dengan Washington, mengikuti jejak Rusia.
Para pejabat AS mengatakan, China membantu upaya perang Rusia melawan Ukraina dengan memasok teknologi satelit dan komponen senjata yang dapat digunakan ganda.
Klaim tersebut diperkuat oleh NATO pada bulan Juli yang menyebut Beijing menyediakan peralatan militer ke Moskow. Namun China membantah bertanggung jawab atas konflik yang terjadi.
Total pendanaan yang disetujui oleh Komite Alokasi Senat juga mencakup 1 miliar USD lebih banyak dari permintaan anggaran tahun lalu oleh pemerintahan Biden, yakni untuk meningkatkan kemampuan antidrone, termasuk 350 juta USD untuk 1.200 sistem antidrone dan radar tambahan. (RNS)