AIRSPACE REVIEW – Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI M. Tonny Harjono mengatakan TNI AU akan menerima drone Bayraktar TB2 buatan Turkiye. Hal ini dikatakan Kasau di sela-sela acara seminar nasional mengenai Keselamatan Penerbangan dan Kerja (Lambangja) di Lanud Halim Perdanakusuma pada Kamis (1/8).
“Produk Bayraktar cukup baik. Mohon maaf ini bukan promosi, tapi memang kita akan juga mendapatkan produk tersebut Bayraktar TB2 tersebut,” ujar Kasau menjawab pertanyaan media.
Kasau menambahkan, pesawat tanpa awak ini sangat cocok untuk misi pengawasan dan pengintaian, sehingga memberikan keuntungan signifikan bagi sistem pertahanan udara Indonesia yang sudah ada. Namun Kasau tidak menyebutkan berapa jumlah yang akan diterima dan kapan jadwal pengirimannya.
Sebelumnya pada 29 Juni lalu, Kasau telah mengunjungi fasilitas produksi drone Bayraktar TB2 dalam kunjungannya ke pabrik Baykar Technologies di Istanbul, Turkiye.
Di fasilitas Baykar, Kasau dan delegasi TNI AU mendapat penjelasan mengenai drone canggih dan aplikasi kecerdasan buatan yang penting bagi operasi militer modern.
Baykar Technologies mempresentasikan teknologi canggih drone secara terperinci, termasuk demonstrasi penerbangan drone buatan mereka lainnya yaitu Bayraktar Akinci.
Mengenai Bayraktar TB2, pesawat intai nirawak bersenjata (UCAV) ini merupakan drone kelas MALE (ketinggian medium, terbang tahan lama).
Bayraktar TB2 sanggup terbang hingga hingga 27.000 kaki dengan daya tahan hingga 27 jam.
Drone ini mampu terbang dengan kecepatan maksimum 120 knot. Kapasitas muatannya 150 kg, termasuk radar EO/IR/LD ISR atau radar AESA multimode dan empat amunisi pintar berpemandu laser untuk pertempuran.
Bayraktar TB2 mampu melakukan misi intelijen, pengawasan, pengintaian (ISR), dan serangan bersenjata presisi.
Drone yang dilengkapi dengan sistem avionik tiga redundan ini mampu lepas landas, mendarat, dan terbang jelajah sepenuhnya secara otonom.
Drone ini juga dilengkapi dengan fitur-fitur canggih seperti kontrol penerbangan otomatis penuh, navigasi otonom yang tidak bergantung pada GPS dan berbagai redundansi pada sensor dan sistem.
Sebelum mengakuisisi Bayraktar TB2 dari Turkiye, TNI Angkatan Udara telah memiliki dan mengoperasikan drone bersenjata kelas MALE lainnya, yakni CASC CH-4 Rainbow dari China. -RBS-