AIRSPACE REVIEW – Departemen Pertahanan Amerika Serikat sudah sejak lama memasukkan potensi konflik militer dengan China sebagai salah satu faktor penting dalam rencana strategis yang dibuat oleh Washington.
Sebagai sekutu AS di kawasan Indo-Pasifik, Australia telah menyediakan wilayah utara benuanya untuk penempatan pasukan AS. Kedua negara menyusun strategi garis pertahanan masa depan untuk mencegah terjadinya invasi dari China.
Baru-baru ini, secara diam-diam AS mengerahkan pesawat pembom strategis B-52 Stratofortress dan jet tempur silmannya F-22 Raptor ke Australia utara.
Untuk mendukung hal tersebut, Washington telah mendanai pembangunan pangkalan militer di Darwin senilai ratusan juta dolar AS, menurut laporan Reuters.
AS bahkan tidak hanya mengirimkan kedua jenis pesawat tersebut, tetapi juga mengirimkan aset militer lainnya termasuk pesawat angkut, pesawat tanker, pesawat tempur lainnya, drone, dan pesawat pengintai untuk ditempatkan di bagian utara Australia tersebut.
Menurut dokumen tender, pembangunan proyek-proyek besar sedang berjalan, termasuk ruang intelijen, peningkatan landasan pacu pembom, gudang, pusat data, dan hanggar pemeliharaan.
Selain itu, fasilitas penyimpanan bahan bakar besar-besaran juga telah dibangun.
Pengerahan pesawat pengebom strategis B-52 dan pesawat tempur siluman F-22 AS di Australia utara merupakan langkah strategis terutama karena keunggulan geografisnya.
Australia Utara terletak relatif dekat dengan Asia Tenggara dan Laut Cina Selatan, wilayah yang berpotensi menjadi titik konflik jika terjadi konflik antara Tiongkok dan AS.
Dengan menempatkan pesawat-pesawat canggih tersebut di Australia, tulis Bulgarian Military, AS dapat memproyeksikan kekuatan secara lebih efektif di seluruh kawasan Indo-Pasifik, memastikan kemampuan respons yang cepat dan jangkauan yang lebih luas baik untuk operasi ofensif maupun defensif.
Pembom B-52 adalah pembom berat jarak jauh yang mampu membawa senjata nuklir dan konvensional. Penempatan mereka di Australia utara berfungsi sebagai pencegah musuh potensial dengan menunjukkan kemampuan AS untuk melakukan misi pengeboman strategis jauh ke dalam wilayah musuh.
Kemampuan tersebut dapat mengganggu atau menghancurkan infrastruktur penting, jalur pasokan, dan aset militer, sehingga melemahkan efektivitas operasional musuh.
Sementara pesawat tempur siluman F-22 menghadirkan serangkaian kemampuan berbeda. Dengan teknologi silumannya yang canggih, kemampuan manuver yang unggul, dan avionik mutakhir, F-22 dapat mendominasi wilayah udara dengan menetralisir pesawat musuh dan pertahanan udara berbasis darat.
Kehadiran mereka di Australia utara meningkatkan superioritas udara Amerika di wilayah tersebut, sehingga menyulitkan musuh untuk mencapai dominasi udara dan melakukan operasi ofensif yang berhasil.
Jika terjadi konflik, posisi strategis AS di Australia utara memungkinkan pengerahan pasukan lebih cepat, sehingga mengurangi waktu yang diperlukan untuk merespons ancaman yang muncul.
Kemampuan penyebaran yang cepat ini sangat penting untuk menjaga unsur kejutan dan mencapai keuntungan taktis pada tahap awal konflik. (RNS)
Ruang udara indonesia akan sangat panas ini. Antara Darwin dengan Spratly, ruang indonesia akan menjadi zona buffer yang luas. Posisi kita mirip Turkiye, ketegasan pemerintah akan oenggunaan ruang udara Indonesia sebagai zona konflik dapat mencegah meningkatnya suhu konflik.
Bangsa Indonesia mmg bodoh kok..Ya jelas penempatàn milter AS DI austràlia utara yà untuk mngawasi Indonesia..bukan çhina..Kalau awasi China ya di Philiphina sana yg jd anak emas AS.sejak Jendr Douglas Mc Arthur di PD 2..penempatàn di sisi utara Außtralia krn di depàn mrk ada càd.emas, tembaga dàn Uranium sangat besàr..di Papua..