AIRSPACE REVIEW – Anggota Komite Angkatan Bersenjata di Parlemen AS meminta Angkatan Udara AS (USAF) untuk memperbanyak stok dan penggunaan bom GBU-62 Joint Direct Attack Munitions – Extended Range (JDAM-ER) dari pesawat pembom B-2 Spirit miliknya.
Permintaan tersebut disampaikan terkait meningkatnya ancaman yang dihadapi AS dari musuh-musuhnya.
Komite mencatat dukungannya tersebut dalam amandemen Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional untuk Tahun Anggaran 2025 pada akhir Mei 2024 lalu.
Bom GBU-62 JDAM-ER seberat 500 pon dilengkapi sistem navigasi inersia dan unit kontrol panduan sistem penentuan posisi global di bagian ekornya.
Perangkat panduan udara ke permukaan ini mengubah bom konvensional yang jatuh bebas tanpa terarah menjadi bom yang akurat dan ‘pintar’ dalam cuaca buruk.
Varian JDAM-ER dilengkapi dengan kit sayap tambahan modular, menggunakan teknologi luncuran bom berdiameter kecil.
Sayapnya akan terbuka saat bom telah diluncurkan. Panduan ini melipatgandakan jangkauan senjata dari standar 15 mil (24 km) menjadi lebih dari 45 mil (72,4 km)
Boeing telah memproduksi sistem JDAM sejak tahun 1998. Ini merupakan program gabungan Angkatan Udara dan Angkatan Laut AS dan digunakan oleh 26 negara selain AS.
Pembom B-2 Spirit merupakan pembom berat jarak jauh. Pembom dengan tangkapan rendah di radar ini mampu melakukan misi serangan di segala ketinggian hingga 50.000 kaki.
Pesawat dapat menjangkau jarak lebih dari 6.000 mil (9.656 km) laut tanpa mengisi bahan bakar. (RNS)