AIRSPACE REVIEW – Angkatan Udara Ukraina dalam beberapa minggu ke depan dilaporkan akan mulai menerima jet tempur F-16 sumbangan dari negara-negara sekutu. Sejumlah pilot Ukraina pun telah dilatih untuk dapat menerbangkan jet tempur canggih buatan Amerika Serikat ini.
Namun permasalahannya, dengan jam terbang yang masih minim di pesawat F-16, apakah pilot-pilot Ukraina tersebut akan piawai dalam melakukan pertempuran udara melawan Angkatan Dirgantara Rusia yang memiliki pesawat dalam jumlah lebih banyak dan sistem pertahanan udara yang mematikan yaitu S-400 Triumf?
Analis militer Justin Bronk dalam tulisannya untuk Royal United Services Institute di London menyebut, pilot-pilot Angkatan Udara Ukraina akan menghadapi kendala dalam pertempuran udara melawan pasukan udara Moskow.
Terlebih, Rusia memiliki sistem pertahanan udara S-400 yang dapat menjangkau kehadiran F-16 Ukraina pada jarak yang jauh.
Untuk menghindari kemungkinan sengatan rudal sistem S-400 tersebut, kata Bronk dikutip Forbes, pilot-pilot Angkatan Udara Ukraina harus terbang rendah dengan F-16 mereka agar dapat bertahan di udara demi menghindari tangkapan radar Rusia.
Padahal, F-16 Ukraina dikerahkan untuk menangkal pesawat pembom tempur Rusia Su-34 yang secara masif telah menjatuhkan lebih 3.000 bom luncur yang dipandu satelit, terhadap pasukan dan target lain di Ukraina.
Bom luncur KAB dapat dikatakan sebagai “senjata ajaib” bagi Rusia, tulis saluran Telegram Ukraine Deep State. Ukraina nyaris tidak punya penangkal untuk mencegah masuknya pesawat pembom tempur tersebut saat ini.
Su-34 Rusia yang terbang cepat dapat meluncurkan bom pintar pada jarak hingga 40-60 km. Jarak tersebut cukup jauh sehingga sistem pertahanan udara Ukraina tidak akan selalu mampu meresponsnya. “Serangan bom layang akan sangat sulit dicegat secara rutin,” tulis Bronk.
Meskipun ada kemungkinan bahwa Ukraina memperoleh rudal udara ke udara AIM-120D AMRAAM dengan jangkauan 100 mil untuk F-16-nya, sehingga memungkinkan pilot Ukraina untuk menembak Su-34 Rusia, dalam praktiknya AIM-120 tidak akan mencapai jangkauan penuhnya.
“Saat mereka sudah dekat dengan garis depan, pilot Ukraina harus menerbangkan F-16 pada ketinggian yang sangat rendah agar tidak terdeteksi radar dan tidak ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Rusia yang berlapis,” tulis Bronk.
Sementara pada ketinggian rendah seperti itu, rudal diluncurkan di udara padat dengan banyak hambatan aerodinamis dan harus naik melawan gravitasi untuk mencapai ketinggian targetnya.
Akibatnya, pada saat mesin roket rudal terbakar setelah beberapa detik pertama diluncurkan, rudal-rudal itu belum memperoleh kecepatan atau ketinggian sebanyak bila diluncurkan dari jet tempur yang terbang di udara tipis pada ketinggian tinggi dan kecepatan supersonik.
Bila ditembakkan dari ketinggian rendah, AIM-120 berpotensi kehilangan jangkauan puluhan kilometer, sehingga membuat Su-34 Rusia berada di luar jangkauan rudal-rudal Ukraina tersebut. Kecuali jika pilot Ukraina nekad terbang jauh ke wilayah yang dikuasai Rusia dan mampu bertahan cukup lama.
Bronk menyatakan, solusi yang mungkin untuk masalah ini adalah dengan menggunakan rudal udara ke udara yang memiliki jangkauan lebih jauh, seperti Meteor buatan MBDA Eropa. Rudal ini mampu menjangkau sasaran hingga jarak 200 km dalam kondisi optimal.
Masalahnya, rudal Meteor tidak kompatibel dengan F-16 dan juga tidak kompatibel dengan pesawat tempur Mirage 2000-5 yang dijanjikan Prancis kepada Ukraina.
Satu-satunya pesawat tempur yang bisa diperoleh Ukraina yang juga bisa membawa rudal Meteor adalah Saab Gripen dari Swedia.
Stockholm telah menyatakan kesediaannya untuk menyumbangkan surplus Gripen ke Ukraina. Namun sekutu-sekutu Ukraina tampaknya khawatir hal itu akan membuat Angkatan Udara Ukraina kewalahan dengan terlalu banyak tipe pesawat yang dioperasikan dalam waktu yang terlalu cepat.
Oleh karena itu, jika penilaian Bronk benar, mungkin diperlukan waktu – satu tahun atau lebih – sebelum Ukraina memiliki kombinasi rudal yang dapat menembak jatuh pesawat pembom tempur Rusia tanpa membuat pilot Ukraina menghadapi risiko kematian lebih cepat. (RNS)