AIRSPACE REVIEW – Angkatan Udara Australia (RAAF) telah menerima sistem pesawat terbang jarak jauh MQ-4C Triton pertamanya di Pangkalan RAAF Tindal di Northern Territory.
Pesawat tak berawak (UAV) canggih ini menandai era baru dalam kemampuan pengawasan Australia, memberikan pengawasan jangka panjang dan terus-menerus yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah maritim yang luas dan wilayah yang menjadi kepentingan nasional, tulis Departemen Pertahanan Australia.
MQ-4C Triton, mampu terbang di ketinggian dan memiliki daya tahan lama. UAV ini dirancang untuk pemantauan dan perlindungan maritim Benua Kanguru.
Dioperasikan oleh Skadron Nomor 9 yang berbasis di Pangkalan RAAF Edinburgh di Australia Selatan, Triton akan bekerja sama dengan pesawat P-8A Poseidon milik Angkatan Laut Australia (RAN) untuk memberikan kemampuan Maritime Intelligence, Surveillance and Reconnaissance (ISR) yang komprehensif.
Australia telah lama mempertimbangkan MQ-4C Triton untuk operasi militer dan penegakan bea cukai.
Meskipun awalnya terdapat keraguan dari pejabat senior bea cukai mengenai efektivitasnya dalam mendeteksi perahu kecil melalui awan, Triton diakui telah membuktikan kemampuannya.
Keputusan untuk mengintegrasikan Triton ke dalam armada RAAF sejalan dengan tujuan strategis Australia dan mencerminkan sifat pengawasan dan keamanan maritim yang terus berkembang.
Pada tahun 2018, Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull mengumumkan pembelian pertama dari enam MQ-4C Triton, dengan opsi tambahan satu unit lagi.
Pada tahun 2023, Australia memesan empat Triton, dengan rencana memperluas armada untuk memenuhi kebutuhan RAAF sebanyak enam hingga tujuh pesawat.
Pembentukan kembali Skadron Nomor 9 pada Juni 2023 merupakan langkah strategis Australia mempersiapkan kedatangan Triton dan memastikan RAAF siap memanfaatkan teknologi canggih ini sepenuhnya.
Triton dikembangkan oleh Northrop Grumman untuk Angkatan Laut Amerika Serikat di bawah program Broad Area Maritime Surveillance (BAMS). Drone ini dirancang untuk memberikan ISR waktu nyata di wilayah lautan dan pesisir yang luas.
Berbasis RQ-4 Global Hawk, badan pesawat dan sayap Triton diperkuat. UAV ini juga dilengkapi dengan sistem penghilang lapisan es dan sistem proteksi petir.
Salah satu fitur menonjol dari MQ-4C Triton adalah ketahanannya. UAV ini dapat mengudara lebih dari 30 jam pada ketinggian hingga 55.000 kaki, dan mencapai kecepatan hingga 330 knot.
Sensor pengawasan canggihnya, yakni radar AESA X-band AN/ZPY-3 Multi-Function Active Sensor (MFAS), menawarkan bidang pandang 360 derajat dan dapat menyurvei hingga 2.700.000 mil persegi laut sekaligus dalam periode 24 jam.
Rangkaian sensor Triton sangat canggih, mampu melacak kapal dengan mengumpulkan informasi rinci tentang kecepatan, lokasi, dan klasifikasinya.
Radarnya dapat mengidentifikasi target dalam segala kondisi cuaca, menjadikannya aset yang sangat berharga untuk pengawasan maritim berkelanjutan.
Selain itu, citra radar definisi tinggi Triton dan perangkat lunak Sistem Identifikasi Otomatis (AIS) yang canggih, memungkinkan klasifikasi target secara otonom, sehingga meminimalkan kebutuhan intervensi operator langsung. (RNS)
Bakal wara wiri melintasi ruang udara RI untuk mendeteksi pergerakan AL Tiongkok (PLAN) di LCS dan sebagian Pasifik sekaligus kemungkinan aktivitas TNI-AL disekitar Selatan Jawa dan Laut Arafura