AIRSPACE REVIEW – Kelompok negara-negara G7 pada hari Kamis mengumumkan akan menggunakan 50 miliar USD dari aset Rusia yang dibekukan di luar negeri sebagai pinjaman utang ke Ukraina guna memperkuat pasukannya berperang melawan pasukan Moskow.
Dana tersebut dapat membantu Ukraina mempertahankan diri dari Rusia. Namun rencana tersebut mengandung risiko dan ancaman pembalasan dari Rusia, tulis Aljazeera.
Saat ini Ukraina dalam kondisi yang memerlukan tambahan kekuatan sistem persenjataan bagi pasukannya, yang membuat Presiden Volodymyr Zelensky cemas negaranya dapat bertahan dari gempuran pasukan Rusia setelah 28 bulan perang berkecamuk.
Pengumuman tersebut disampaikan ketika para pemimpin kelompok G7 yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Italia, Kanada, Jepang, Perancis dan Uni Eropa, bertemu pada pertemuan puncak tahunan yang diadakan di Puglia (Apulia), Italia.
Zelenskyy yang turut menghadiri pertemuan puncak tersebut, memuji langkah itu sebagai langkah maju yang penting dalam memberikan dukungan berkelanjutan bagi Ukraina dalam memenangkan perang.
Namun hanya beberapa jam setelah pengumuman tersebut, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova berjanji bahwa akan ada tindakan pembalasan yang sangat menyakitkan.
Lebih jauh Aljazeera menjabarkan, banyak negara Barat telah membekukan aset Bank Sentral di wilayah mereka menyususl invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.
Aset tersebut berjumlah sekitar 300 miliar USD dan telah menghasilkan pendapatan bunga sebesar 3 miliar USD per tahun. AS telah lama mendesak agar dana yang dikelola oleh Uni Eropa tersebut digunakan guna mendukung Ukraina.
Para pejabat UE mengatakan, kepentingan yang dihasilkan tidak terikat secara kontrak kepada Moskow, dan oleh karena itu mewakili keuntungan yang tidak terduga bagi negara-negara yang menguasainya.
Beberapa pihak telah mendorong agar aset-aset Rusia yang dibekukan di Barat agar diserahkan kepada Ukraina. Walaupun, hal ini merupakan tindakan kontroversial, dan kemungkinan memerlukan izin dari pengadilan sebab merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional.
Aset-aset yang dibekukan lazimnya tetap dianggap sebagai milik pemilik aset tersebut — bukan milik negara di mana aset-aset tersebut berada.
Berikut rincian sebagian besar aset Rusia di luar negeri yang dibekukan sejak tahun 2022 menurut data dari Bank Sentral:
Prancis (71 miliar USD)
Jepang (58 miliar USD)
Jerman (55 miliar USD)
AS (38 miliar USD)
Inggris (26 miliar USD)
Austria (17 miliar USD)
Kanada (16 miliar USD)
Ukraina diperkirakan akan menggunakan uang pinjaman untuk membeli senjata, dan juga untuk membangun kembali negaranya.
Laporan Bank Dunia pada bulan Februari memperkirakan bahwa biaya rekonstruksi di Ukraina mencapai 486 miliar USD selama 10 tahun ke depan.
Tindakan pembekuan aset-aset Rusia di luar negeri, diperkirakan akan memancing tindakan yang sama oleh Rusia. Moskow kemungkinan besar akan membekukan aset perusahaan-perusahaan Barat yang beroperasi di Rusia sebelum perang.
Rusia mengklaim aset-aset tersebut bernilai hampir sama dengan aset Rusia di luar negeri, yakni senilai 300 miliar USD yang dibekukan di negara-negara Barat. (RNS)