AIRSPACE REVIEW – Secara umum pesawat tempur dapat mendarat di jalan raya, karena ukuran dan bobotnya memungkinkan untuk melakukan hal itu.
Yang jadi persoalan adalah bagaimana jalan raya dirancang dapat mengakomodir pendaratan pesawat tempur. Misalnya tidak ada rintangan-rintangan bagi pendaratan pesawat seperti pembatas jalan, plang rambu-rambu, atau tiang lainnya yang dapat menghalangi pendaratan dan bahkan membahayakan pendaratan pesawat.
Hal yang tak kalah penting lainnya adalah menjaga kebersihan jalan raya dari adanya kerikil atau benda-benda kecil yang dapat tersedot ke dalam lubang masukan udara ke mesin.
Tidak hanya Swedia yang sering melakukan latihan pendaratan pesawat tempur di jalan raya. Negara seperti Rusia, Finlandia, Taiwan, dan bahkan negara tetangga kita Singapura biasa melakukan hal itu.
Finlandia sering mengundang negara sahabat untuk melakukan latihan pendaratan pesawat tempur di jalan raya. Jet tempur F-35 Norwegia dan Eurofighter Typhoon Inggris misalnya, belum lama ini melakukan latihan pendaratan di jalan raya Finlandia.
Akan halnya Swedia, secara rutin melatih para penerbang jet tempur Saab Gripen untuk melakukan pendaratan pesawat di jalan raya. Ditegaskan oleh Angkatan Udara Swedia (Flygvapnet) bahwa para penerbang tempur mereka harus belajar mendaratkan pesawat tempur di jalan raya agar memiliki fleksibilitas ekstra jika terjadi krisis.
Jika pangkalan udara, bandara, atau landasan udara cadangan rusak dan tidak dapat digunakan, lanjut Flygvapnet, jet tempur Gripen akan dapat mendarat di jalan yang sengaja dirancang dan telah disiapkan untuk hal itu.
Setelah mendarat, Gripen menggunakan mobile forward armament and refueling point (FARP) untuk mengisi bahan bakar dalam hitungan menit sebelum lepas landas kembali.
Intinya, pendaratan pesawat tempur di jalan raya bukanlah hal luar biasa dan bisa dilakukan dengan syarat-syarat tadi.
Tentu saja jalan raya yang digunakan untuk latihan pendaratan tersebut, akan disterilkan terlebih dahulu dari penggunaannya oleh mobil atau kendaraan lainnya. Pada 21 Mei lalu, Angkatan Udara Swedia kembali melakukan latihan ini di dekat Gothenburg, Swedia.
Nah sekarang, bagaimana dengan Indonesia, apakah jalan raya dirancang dan disiapkan untuk pendaratan pesawat tempur dalam keadaan darurat? Atau Indonesia tidak membutuhkan hal itu?
Dalam hal mengantisipasi berbagai kemungkinan, jalan raya patut disiapkan bagi pendaratan pesawat tempur khususnya, di saat kondisi keadaan darurat atau genting. (RNS)