AIRSPACE REVIEW – Lockheed Martin telah berhasil mencapai produksi tingkat penuh jet tempur F-35 Lightning II pada Maret 2024 lalu. Meskipun demikian, diakui bahwa keterlambatan pengiriman mesin F135 untuk pesawat ini menjadi salah satu tantangan terbesar bagi program F-35.
Kantor Akuntabilitas Pemerintah (GAO) Amerika Serikat melaporkan hal tersebut pada 16 Mei 2024. Disebutkan bahwa mesin yang dikirimkan pada tahun 2023, buatan Pratt & Whitney, terlambat dikirim.
F-35 Lightning II adalah program sistem senjata paling mahal yang dikeluarkan oleh Departemen Pertahanan (DoD), dengan perkiraan biaya mencapai 2 triliun USD pembuatan 2.470 hingga tahun 2088.
GAO secara aktif memantau dan melaporkan kemajuan dan tantangan program F-35 melalui penilaian dan rekomendasi independen. Sejak tahun 2001, GAO telah melakukan tinjauan tahunan terhadap program tersebut, mengevaluasi aspek-aspek seperti biaya, jadwal, kinerja, dan manajemen untuk memberikan pengawasan kepada Kongres dan masyarakat.
Program F-35 kini memasuki modernisasi Blok 4 sebagai peningkatan peningkatan Teknologi Refresh 3 (TR-3) senilai 1,8 miliar USD.
Bersamaan dengan upaya ini, Pratt & Whitney selaku produsen mesin untuk F-35 telah meningkatkan pemantauan dan pengawasannya serta menginvestasikan 100 juta USD guna meningkatkan proses manufaktur mesin ini. (RNS)