AIRSPACE REVIEW – Flying Wedge Defense and Aerospace Technologies, sebuah perusahaan India yang berbasis di Bengaluru, memperkenalkan UAV bersenjata rancangannya FWD-200B pada 3 Mei 2024.
Presentasi pesawat tak berawak baru, yang mereka sebut sebagai “first indigenous bomber unmanned aircraft” ini mendapat banyak perhatian di media lokal.
Perusahaan menyebut UAV ini akan memenuhi kebutuhan India akan pesawat bersenjata tak berawak yang canggih, dan memberikan kontribusi signifikan terhadap upaya yang bertujuan mencapai kemandirian dalam segmen penting peperangan modern.
Didirikan tahun 2022 oleh Suhas Tejaskanda, misi perusahaan ini adalah untuk mengurangi ketergantungan India pada UAV bersenjata impor yang mahal. Juga mendukung inisiatif “Make in India” dan memosisikan India sebagai pemimpin global dalam manufaktur dan teknologi drone, sekaligus meningkatkan keamanan nasional.
“Selama lebih dari 15 tahun, aspirasi India untuk pesawat serang tak berawak tetap sulit dipahami, meskipun terdapat investasi besar dan upaya sebelumnya oleh DRDO dengan proyek seperti Tapas dan Rustom yang gagal,” ujar Suhas.
“Hari ini, dengan peluncuran FWD-200B, India tidak hanya mewujudkan aspirasi ini tetapi juga bergabung dengan negara-negara yang memiliki kemampuan drone serang canggih,” tambahnya.
Suhas juga menekankan keefektifan biaya FWD-200B dibandingkan dengan saingannya.
“Meskipun Predator AS berharga sekitar 33 juta dolar AS, FWD-200B buatan kami, dilengkapi dengan teknologi canggih, teknologi seni dan diproduksi di India, memangkas biaya menjadi hanya 3,3 juta dolar AS.”
Dibandingkan dengan drone serang kelas MALE (Medium Altitude Long Endurance) pada umumnya, maka FWD-200B memiliki bentuk yang tak lazim. Drone ini bahkan terlihat sangat gendut.
Menurut pemberitaan di media India, drone pembom ini memiliki kapasitas muatan 100 kg. Dilengkapi dengan muatan pengawasan optik dan terintegrasi dengan senjata mirip rudal untuk serangan udara presisi.
FWD-200B dapat mencapai berat lepas landas maksimum 498 kg dan memiliki stasiun kendali darat (GCS) dengan jangkauan 200 km. Kecepatan terbang maksimumnya 370 km/jam dan daya tahan 12 hingga 20 jam.
Ditargetkan drone berbadan tambun ini akan melakukan penerbangan perdananya pada bulan Mei 2024. -RBS-
Mock up atau prototipe? Badannya kaya cuman dibungkus kain vynil, kaya pesawat jaman PD? Desain unik tapi simpel dan praktis. Sama kaya UAV, drones atau drone target pengembangan lokal, saya lihat desainnya juga sederhana mengikuti desain pesawat tempur berawak, tinggal mengganti isi gelembung kokpit dengan perangkat sinyal.