AIRSPACE REVIEW – Militer Rusia telah memulai langkah-langkah pertahanan baru untuk melindungi pasukannya dari ancaman pesawat tak berawak di medan perang Ukraina. Diketahui, pasukan Ukraina makin sering mengandalkan drone murah bersenjata jenis FPV (First-Person View) dan drone kamikaze lainnya untuk menyerang pasukan Rusia.
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan, pasukan Rusia sedang membentuk kelompok senjata antidrone bergerak (mobile) khusus di beberapa angkatan bersenjata gabungan Rusia, termasuk angkatan udara dan angkatan pertahanan udara.
Unit antidrone bergerak Rusia yang baru terdiri dari kendaraan utama pickup yang dipersenjatai dengan senapan mesin 14,5 mm sebagai pos komando. Mendampinginya adalah truk berpenggerak 6×6 yang dilengkapi dengan sistem kanon otomatis ZU-23-2 kaliber 23 mm, dipasang di bagian bak belakang.
Selain itu, terdapat sistem pemasangan thermal screen yang juga dipasang pada sasis truk 6×6.
Khusus mengenai ZU-23-2, merupakan kanon antipesawat yang dikembangkan Uni Soviet pada akhir 1950-an, memiliki desain khas dengan meriam otomatis ganda 23 mm.
Dalam beberapa tahun terakhir, senjata ini telah diadaptasi untuk melawan kendaraan udara tak berawak (UAV) atau drone, yang telah menjadi elemen umum dalam peperangan modern.
Dengan jangkauan efektif hingga 2,5 km dan batas ketinggian maksimum 1,5 km untuk target udara, ZU-23-2 sangat andal dalam mengatasi ancaman drone yang beroperasi pada ketinggian rendah dan sedang.
Kanon ini dapat menembakkan berbagai jenis amunisi 23 mm, termasuk peluru pembakar berdaya ledak tinggi (HEI), penusuk lapis baja (AP), dan peluru pelacak.
Fleksibilitas ZU-23-2 ini memungkinkannya untuk mengatasi spektrum target yang luas. Selain target udara juga digunakan untuk menyerang target darat seperti kendaraan lapis baja ringan dan infanteri. (RBS)