Remaja yang melakukan lelucon akan meledakkan pesawat yang ia tumpangi, akhirnya terbebas dari denda ratusan ribu dolar AS

FA-18 Hornet Angkatan Udara Spanyol kawal pesawat easyJet_1Istimewa

AIRSPACE REVIEW – Seorang remaja berusia 18 tahun yang melakukan lelucon dengan mengirim pesan ke temannya akan meledakkan pesawat yang sedang ia tumpangi, akhirnya terbebas dari denda lebih dari 125.000 dolar AS setelah menjalani persidangan di Pangadilan Nasional Spanyol.

Pada saat itu, Juli 2018, remaja bernama Aditya Verma, sedang terbang menggunakan pesawat easyJet dari Bandara Batwick di Inggris. Saat dalam penerbangan secara iseng ia mengirim pesan Snapchat yang bebunyi, “Dalam perjalanan untuk meledakkan pesawat (Saya anggota Taliban ),” seperti dilaporkan BBC minggu lalu.

Pesan yang dikirim Verma ke temannya tersebut diasumsikan telah memicu peringatan setelah diterima melalui jaringan Wi-Fi Gatwick.

Mendapat notifikasi dari dinas keamanan Inggris, Angkatan Udara Spanyol pun kemudian mengerahkan jet tempur F/A-18 mereka untuk mengawal langsung pesawat EasyJet tersebut menuju tujuannya di pulau Menorca di Spanyol.

Setelah pesawat mendarat, pencarian ekstensif pun dilakukan, namun pihak keamanan tidak menemukan adanya bahan peledak di pesawat.

“Pengadilan di Madrid mendengar bahwa pesan tersebut diasumsikan memicu peringatan setelah diterima melalui jaringan Wi-Fi Gatwick,” tulis BBC.

Saat hadir di pengadilan pada 22 Januari 2024, Verma menyatakan bahwa pesan mengenai bom tersebut hanyalah sebuah lelucon biasa yang ia buat untuk temannya.

“Sejak sekolah, itu merupakan lelucon karena kebiasaanku,” ujarnya. “Itu hanya untuk membuat orang lain tertawa,” lanjut dia.

The Telegraph melaporkan bahwa denda yang ditujukan kepada Verma awalnya ditetapkan sebagai pengganti operasi pengerahan jet tempur F/A-18 dengan nilai 103.000 USD. Angka tersebut sudah termasuk biaya pengadilan sekitar 24.400 USD.

Dalam persidangan, pengacara Verma membela klaim kliennya bahwa itu hanyalah sebuah lelucon remaja.

“Aditya tidak mengunggah pesannya di Facebook atau mengiklankannya. Apa yang dia lakukan sama saja dengan membuat lelucon di dalam mobil bersama teman-temannya,” kata pengacara Verma kepada jaksa.

Ia menambahkan, “Anak laki-laki ini berusia 18 tahun sedang memulai liburannya sebagai hadiah yang ia dapatkan atas prestasi sekolahnya. Pada saat dia dan teman-temannya mendarat di Menorca, mereka menyadari bahwa mereka berada dalam mimpi buruk.”

Pengadilan akhirnya memilih untuk tidak mengajukan tuntutan terorisme atau hukuman penjara terhadap Verma. (RNS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *