AIRSPACE REVIEW – Pesawat Latih Dasar (LD) TNI Angkatan Udara KT-1B Woongbi (di Indonesia sering ditulis Wong Bee) buatan Korea Aerospace Industries (KAI), lebih dikenal sebagai pesawat yang digunakan oleh tim aerobatik TNI AU, The Jupiters atau Jupiter Aerobatic Team (JAT), seperti yang baru-baru ini penampilan mereka (kembali) memukau pengunjung di Singapore Airshow 2024.
KT-1B (KT bermakna Korean Trainer, 1B merupakan versi ekspor ke Indonesia) menjadi pesawat andalan di Skadron Pendidikan (Skadik) 102, Wing Pendidikan 100/Terbang (Wingdik 100/Terbang) di Lanud Adisutjipto, Yogyakarta. Sehari-hari pesawat ini digunakan oleh para Instruktur Penerbang TNI AU untuk melatih para Siswa Sekolah Penerbang (Sekbang) TNI AU untuk menentukan penjurusan ke pesawat tempur, penerbang pesawat angkut, atau penerbang helikopter.
Sebelum menggunakan pesawat KT-1B dari Korea Selatan, Skadik 102 menggunakan pesawat latih T-34C-1 Turbo Mentor atau sering disebut T-34C Charlie buatan Beechcraft (kini Textron Aviation), Amerika Serikat. TNI AU menggunakan 20 T-34C-1 sejak tahun 1978 dan memensiunkan pesawat ini pada 2018 setelah menggunakannya selama 40 tahun.
TNI AU menerima pesawat KT-1B gelombang pertama pada tahun 2003 sebanyak tujuh unit. Kemudian pada tahun 2007 mendapat tambahan lima pesawat dan tahun 2012 mendapat tambahan lagi lima pesawat. Pada 2018, Kementerian Pertahanan mengadakan penambahan lagi tiga unit pesawat berbaling-baling empat bilah Hartzell HC-E4N-2/E9512CB-1 ini.
Dalam rangkaian pembelian pesawat latih bermesin turboprop ini, TNI AU mengirimkan dua penerbang dan 13 teknisinya ke Korea Selatan. Kedua penerbang yang dikirim saat itu adalah Mayor Pnb Engkus Kuswara dan Mayor Pnb Haris Haryanto, keduanya alumni Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1990. Semua kru darat dan kru udara TNI AU yang dikirim ke Korea Selatan mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai bidangnya masing-masing, yakni untuk memelihara dan mengoperasikan pesawat KT-1B Woongbi.
Sebagai penerbang, Mayor Pnb Engkus dan Mayor Pnb Haris dididik di Korea Selatan untuk menjadi Instruktur Penerbang KT-1B yang nantinya akan melatih pilot-pilot baru pesawat ini di Indonesia. Tak salah bila kedua penerbang ini mendapat julukan sebagai “The First Woongbi Boys” di TNI AU.
Bagi TNI AU, pemilihan pesawat latih KT-1B Woongbi dari Korea Selatan didasari beberapa hal. Dari sisi performa dan karakteristik pesawat ini mumpuni untuk digunakan sebagai pesawat latih dasar yang berkemampuan aerobatik penuh.
Pesawat KT-1B ditenagai oleh mesin turboprop tunggal PT-6A-62 buatan Pratt & Whitney Canada. Mesin yang dapat menghasilkan daya sebesar 900 tenaga kuda ini mampu mendorong pesawat dengan kecepatan hingga 648 km/jam.
Dari sisi daya jelajah, pesawat dengan panjang 10,3 m, rentang sayap 10m, dan tinggi 3,7 m ini dapat menjangkau jarak sejauh 1.700 km tanpa pengisian ulang bahan bakar.
Menurut catatan TNI AU, dua pesawat pertama KT-1B Woongbi tiba di Indonesia pada 14 Juli 2003. Pengiriman pesawat dilakukan melalui jalur laut dalam bentuk komponen terurai beberapa bagian. Bagian sayap pesawat dicopot dari tubuhnya agar dapat dikemas dalam kontainer. Tidak hanya itu, komponen-komponen pesawat juga dibalut dengan kemasan khusus berwarna perak untuk menjaga agar suhu tetap konsisten dalam perubahan cuaca selama pelayaran.
Sesampainya di Indonesia, perakitan dua pesawat pertama dilaksanakan di Skadron Teknik 021, Lanud Halim Perdanakusuma selama tiga minggu. Pihak pabrikan KAI menyertakan 10 teknisinya yang terdiri dari enam mekanik, tiga engineer, dan satu inspektor. Pengiriman pesawat berlanjut hingga total sebanyak tujuh unit pada akhir tahun 2023. (RNS)