ANGKATAN Udara Republik Korea (ROKAF) dapat dikatakan sangat menikmati dukungan Amerika Serikat, seperti halnya beberapa negara sekutu AS lainnya seperti Israel, Jepang, Australia, dan Singapura. Dukungan AS dalam hal persenjataan ke Korea Selatan, menjadikan ROKAF sebagai salah satu angkatan udara yang tumbuh dengan kekuatan terbesar di Asia Timur.
Dukungan senjata, pesawat, dan latihan militer juga diberikan AS ke Korea Selatan terkait dengan eskalasi ancaman dari negara tetangganya Korea Utara yang getol melakukan uji peluncuran rudal balistik antarnegara/antarbenua yang sangat membahayakan keamanan.
Tidak hanya pasokan senjata, Korea Selatan juga menikmati pertumbuhan industri pertahanannya, yang lagi-lagi berkembang berkat dukungan AS. Selain dapat memenuhi kebutuhan militer negerinya, Negeri Ginseng mulai berhasil mengekspor sistem persenjataan domestiknya ke beberapa negara, termasuk jet latih lanjut KT-1B dan jet latih/tempur ringan FA-50 Fighting Eagle yang mulai mendapat tempat di beberapa negara seperti Thailand, Filipina, Polandia, dan Malaysia, serta Indonesia dan Irak untuk varian T-50 Golden Eagle.
Dalam hal kekuatan tempur udaranya, selain mengoperasikan jet tempur modern yakni 167 KF-16 Fighting Falcon, 59 F-15K Slam Eagle, dan 60 FA-50, ROKAF telah dilengkapi dengan 40 jet tempur siluman F-35A Lightining II. Tahun lalu Seoul kembali menandatangani penambahan 20 F-35 yang diproduksi oleh Lockheed Martin guna meningkatkan kekuatan jet tempur paling mutakhirnya.
Dalam beberapa tahun mendatang, ROKAF juga akan dilengkapi dengan jet tempur generasi 4,5 modern buatan dalam negeri yang dapat ditingkatkan menjadi jet tempur generasi kelima, yakni KF-21 Boramae.
Sedikitnya ROKAF akan mendapatkan 120 unit pesawat ini hingga tahun 2032 untuk menggantikan 19 pembom-tempur F-4 Phantom II yang akan dipensiunkan mulai tahun ini serta sekitar 80 F-5E Tiger II yang sudah menua.
Boramae dilengkapi radar AESA (Active Electronically Scanned Array) dan beragam sistem rudal canggih termasuk rudal udara ke udara Meteor buatan MBDA, AIM-120 AMRAAM, AIM-9X Sidewinder, IRIS-T, dan ASRAAM. Pesawat juga dilengkapi dengan rudal udara ke permukaan seperti Taurus KEPD 350, AGM-65 Maverick, Brimestone, SPEAR 3, AGM-84 Harpoon, dan lainnya.
Sementara itu, FA-50 terus dikembangkan untuk dapat membawa rudal jelajah jarak jauh penghancur bunker KEPD 350K-2 selain persenjataan mutakhir lainnya.
Selain pesawat tempur, ROKAF juga telah dilengkapi dengan empat pesawat peringatan dini lintas udara Boeing E-7A Peace Eye selain delapan Hawker 800 dan dua Dassault Falcon 2000 untuk pengintaian dan peperangan elektronik. ROKAF juga memiliki empat drone jenis HALE (High-Altitude Long-Endurance) RQ-4 Global Hawk.
ROKAF juga memiliki empat pesawat tanker multiperan Airbus A330 MRTT dan mengakuisisi pesawat angkut multiperan C-390 Millennium dari Embraer, Brasil untuk memenuhi kebutuhan pesawat angkut militernya.
Pesawat-pesawat yang disebut di atas, hanyalah sebagian dari kekuatan udara ROKAF saat ini dan juga di masa mendatang, selain pesawat angkut, helikopter, pesawat latih, dan pesawat serang ringan atau pesawat kontra insurgensi.
Korea Selatan dan ROKAF dipastikan akan terus berkembang dan melengkapi kekuatan udaranya dengan alutsista dan sistem-sistem canggih lainnya termasuk radar dan sistem pertahanan udara buatan dalam negeri maupun impor dari AS termasuk MIM-104 Patriot.
Ancaman di kawasan
Berbicara hal ancaman, Republik Korea (Korea Selatan) menghadapi konflik abadi dengan negara tetangganya Korea Utara selain potensi-potensi ancaman dari negara lainnya, sebuah kajian mengenai arah pengembangan ROKAF masa depan menyebutkan, Korea Selatan secara langsung menanggapi kebijakan konvensional Korea Utara beserta ancaman nuklirnya.
Korea Selatan yang mempunyai peran utama dalam keamanan Asia Timur Laut, memiliki dua kali lipat
beban untuk menghadapi perubahan strategis dan ancaman dari Korea Utara,
Tiongkok, Rusia dan Jepang.
Secara khusus, ketegangan militer antara AS dan Tiongkok telah meningkat sejak tahun 2012 menimbulkan dampak ketegangan tersendiri di Semenanjung Korea. Bahkan dengan isu Anti-Access (A2) Aerial Deny (AD) di Tiongkok saat ini, kemampuan dan Konsep Pertempuran Laut AS serta pendekatan operasional bersama, menekankan bahwa kekuatan angkatan udara menjadi kekuatan perang utama.
ROKAF yang dapat mengerahkan dan memproyeksikan kekuatan jauh lebih cepat dibandingkan matra militer Korea Selatan lainnya, diandalkan dapat menghadapi potensi ancaman di masa depan dan perubahan lingkungan keamanan.
ROKAF dituntut harus mampu merespons gesekan militer dari negara tetangga sambil memimpin seluruh teater Semenanjung Korea dan memiliki pencegahan aktif terhadap Korea Utara.
Untuk itulah kenapa ROKAF dibangun sedemikian tangguh agar memiliki kemampuan pencegahan dan pertahanan.
Saat ini dengan kekuatan jet tempur modern sekira 400-an unit, dari sisi jumlah masih kurang dibanding Angkatan Udara Korea Utara yang memiliki lebih sekira 820 jet tempur. Namun demikian, teknologi jet tempur yang dimiliki Korea Utara masih jauh di bawah teknologi yang dimiliki ROKAF.
Secara teori, ROKAF masih memiliki kekuatan udara yang mumpuni dibanding Korea Utara khususnya. Meski begitu, hal ini tentu dirasa belum cukup karena musuh dapat mengandalkan berbagai kekuatan tempurnya serta strategi serangan yang mungkin tidak terduga.
Secara lebih luas lagi, ancaman Korea Utara bukanlah satu-satunya ancaman yang harus diantisipasi oleh Seoul.
-RNS-