DIPERKIRAKAN SEBANYAK 100-120 jet tempur F-35 yang sudah dibuat oleh Lockheed Martin masih tersimpan di sebuah gudang penyimpanan di fasilitas pabrik tersebut karena belum dapat dikirimkan kepada para pelanggannya. Pesawat tidak dapat dikirimkan karena belum mendapatkan pemutakhiran teknologi yang disebut Technology Refresh 3 (TR-3).
Dilaporkan bahwa pemutakhiran teknologi disebabkan oleh keterlambatan dalam pematangan perangkat keras dan perangkat lunak yang menyusunnya. Sejak Juli tahun lalu, pengiriman pesawat kepada pelanggan pun ditunda. Sementara produksi F-35 terus berlanjut. Pada akhirnya, pesawat-pesawat yang sudah keluar dari Jalur Perakitan Akhir (FAL) semakin menumpuk.
Merujuk laporan Forbes, pesawat-pesawat tersebut mungkin berada di sebuah gudang atau di tempat lain di pabrik produksi Fort Worth.
Pemutakhiran TR-3 akan menghadirkan tampilan di kokpit pesawat yang lebih baik, lebih banyak memori komputer, pemrosesan lebih kuat, dan perbaikan struktural yang mendukung peningkatan perangkat lunak ke Blok 4.
Blok 4 akan memperluas menu opsional senjata presisi jarak jauh yang dapat dibawa oleh Joint Strike Fighter, meningkatkan kemampuan identifikasi target dan, yang paling penting, meningkatkan kemampuan peperangan elektronik yang sudah kuat.
Penundaan TR-3 ini berpotensi menunda Blok 4 serta perkiraan pengiriman F-35 baru ke Angkatan Udara AS (USAF), Angkatan Laut (USN) dan Korps Marinir (USMC), serta memperlambat pengiriman produksi ke pelanggan asing.
Berita bahwa akan ada penundaan lebih lanjut dalam menyelesaikan pengembangan TR-3 datang dari CEO Lockheed Jim Taiclet selama konferensi investor yang menjadi berita utama minggu ini.
Peningkatan TR-3 awalnya dijadwalkan akan selesai dan pesawat TR-3 siap diterima oleh militer pada bulan April 2023. Jet pertama yang dimaksudkan untuk konfigurasi TR-3 telah mulai diluncurkan dari jalur produksi Lockheed di Fort Worth pada bulan Juli 2023.
Namun pelanggan belum menerima pesawat karena tidak dapat diuji terbang dan disetujui untuk diterima oleh pilot militer tanpa peningkatan penuh TR-3. “Kami sekarang percaya bahwa kuartal ketiga mungkin merupakan skenario yang lebih mungkin untuk penerimaan perangkat lunak TR-3,” tandas Taiclet.
Lockheed menargetkan tingkat produksi 156 pesawat per tahun. Meskipun Departemen Pertahanan menolak pesawat baru, perusahaan tetap mempertahankan kecepatan produksinya.
Akibat ketidakjelasan ini banyak pertanyaan muncul, termasuk bagaimana pesawat-pesawat itu disimpan sebelum dikirim ke pelanggan, apakah penyimpanannya semuanya eksternal, apakah pesawat tersegel dengan cara apa pun, apakah mereka dikelompokkan, apakah pesawat terlihat oleh satelit pengintai/intelijen? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Sementara itu Defense News melaporkan bahwa pesawat-pesawat baru yang menunggu pemutakhiran TR-3 sekarang disimpan di Fort Worth. Namun hal ini pun belum mendapatkan konfirmasi dari Lockheed Martin.
Juru bicara F-35 Joint Program Office (JPO) Russell Goemaere menanggapi pertanyaan mengenai lokasi penyimpanan jet-jet tempur siluman tersebut. “Untuk alasan keamanan operasional, kami tidak akan mengungkapkan lokasi pesawat TR-3 yang tidak dapat dikirim,” kata dia.
Ketika pesawat terus menumpuk di tempat penyimpanan, masuk akal juga untuk bertanya berapa biaya penyimpanan tersebut dan siapa yang membayarnya? Ini adalah masalah yang sangat mendesak jika Lockheed menyimpan jet tersebut di properti pemerintah AS di lokasi yang jauh dari pabriknya di Fort Worth.
Berbagai media melaporkan bahwa Departemen Pertahanan AS menahan pembayaran sekitar 7 juta USD untuk pesawat yang tidak terkirim dan penjualan bersih F-35 Lockheed Martin pada tahun 2023 turun sebesar 400 juta USD. Menyimpan jet dapat menjadi beban tambahan bagi perusahaan, tergantung siapa yang membayar tagihannya.
-Poetra-